Dedi Mulyadi Ngamuk Marahi Pedagang hingga Tantang Pemilik Tambang Ilegal: Mereka Tak Miliki Adab pada Alam

- 6 Oktober 2021, 18:05 WIB
Terkait KIP di Bangka Belitung, Dedi Mulyadi Angkat Bicara: Nelayan Kehabisan Ruang
Terkait KIP di Bangka Belitung, Dedi Mulyadi Angkat Bicara: Nelayan Kehabisan Ruang /

MANTRA SUKABUMI - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Dedi Mulyadi kembali ngamuk di areal pertambangan.

Dedi Mulyadi ngamuk sebab pemilik tambang ilegal tersebut tidak menunjukkan itikad baik, padahal sudah diperingatkan dengan persuasif.

Tak hanya memarahi pedagang yang membandel padahal sudah diberi uang sebelumnya, Dedi Mulyadi juga menantang pemilik tambang menghadapinya.

Baca Juga: Shopee Gandeng Bintang Internasional Jackie Chan dan Joe Taslim di Iklan Shopee 9.9 Terbaru

Hal tersebut disampaikan Dedi Mulyadi melalui sebuah video yang ia unggah di akun Instagram pribadinya pada Rabu, 6 Oktober 2021.

Dedi Mulyadi menyebut mereka tidak tidak memiliki adab terhadap alam, sehingga hanya bisa merusak alam.

"Adab Alam. Jika terhadap alam saja kita tidak memiliki adab, lalu bagaimana dengan adab kita kepada sesama manusia?," ujar Dedi Mulyadi.

Dalam video tersebut, Dedi Mulyadi terlihat geram dan meminta pekerja menghentikan aktivitasnya.

"Hei, hei, berhenti, sini kamu, kita udah tahu gak ada izin, kamu mau di periksa, bolak balik, 3 bulan gak selesai pemeriksaannya," ujar Dedi Mulyadi kesal.

Dedi Mulyadi kemudian menemui pihak yang disebut-sebut sebagai pemegang kendali tambang ilegal tersebut.

Baca Juga: Gara-gara Dedi Mulyadi, Nenek Pencari Kayu Bakar Menangis: Mudah-mudahan Pangkatnya Semakin Tinggi

Mantan Bupati Purwakarta dua periode itu juga memarahi pedagang yang sebelumnya sudah dikasih uang olehnya.

"Jangan bandel dong pak, besok saya pidanakan ini. Hai ibu saya saya sudah kasih 500 ribu untuk berhenti dagang," ujar Dedi Mulyadi marah.

Dedi Mulyadi kemudian menjelaskan dirinya terjun ke lapangan karena warga terus mengeluh namun tidak ada yang berani menghentikan.

Suami Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika itu juga menegaskan jika perizinan tambang saat ini adalah dari Kementerian.

"Jika mulai lagi, nanti tim Gakkum turun, seluruh yang ada disini nanti disita, bapak repot, truk-truk bapak disita, bapak repot," tegas Dedi Mulyadi.

Sebelumny, demi membubarkan penambangan ilegal itu, Dedi Mulyadi bahkan menunggu para pekerja pulang.

Tak hanya itu, Dedi Mulyadi bahkan memberikan uang pribadi hingga jutaan rupiah untuk para pekerja sebagai ganti.

Baca Juga: Dedi Mulyadi Puji Pria Pegawai THL: Anak Kolong yang Jadikan Terik Matahari dan Guyuran Hujan Sebagai Sahabat

Hal itu terlihat saat Dedi Mulyadi mendatangi sebuah arel penambangan yang konon kabarnya telah memakan korban.

Sesampainya di lokasi penambangan, Dedi Mulyadi kemudian menanyakan izin penambangan kepada koordinator lapangan.

Namun mereka tak kunjung memberikan bukti perizinan dari Kementerian, sehingga Dedi Mulyadi menganggap itu penambangan ilegal.

Dedi Mulyadi kemudian meminta seluruh pekerja penambangan untuk menghentikan seluruh aktivitas yang mereka lakukan.

Tak hanya itu, Dedi Mulyadi juga mendengar curhatan para warga yang merasa terganggu akibat aktivitas penambangan tersebut.

"Penambangan ilegal sangat masif terjadi di berbagai tempat. Warga seringkali tidak berdaya dan hanya bisa melihat tanpa daya," ujar Dedi Mulyadi.

Dedi Mulyadi menjelaskan berbagai dampak dari penambangan ilegal tersebut, salah satunya cuaca yang menjadi semakin panas.

Baca Juga: Dedi Mulyadi Tanggapi Soal Penambangan Ilegal: Warga Hanya Bisa Melihat Tanpa Daya

"Lingkungan mengalami perubahan, cuaca menjadi panas, mata air menjadi hilang dan terjadi ancaman longsor," jelas Dedi Mulyadi.

Menurut mantan Bupati Purwakarta dua periode itu, karena penambangan ilegal itu infrastruktur menjadi rusak.

"Infrastruktur pun mengalami kerusakan dan pajak tidak bisa ditarik," tambah Dedi Mulyadi.

"Setelah lingkungan rusak, penambang hilang tanpa jaminan reklamasi," sambungnya.

Menurut Dedi Mulyadi, penambangan ilegal akan menumbuhkan premanisme lokal menjadi subur dan masyarakat tidak berdaya.

"Premanisme lokal tumbuh subur menjadi bagian entitas penikmat manfaat tambang liar, seolah menjadi penjamin keamanan," bebernya.

"Dasar itulah yang membuat hati saya tergerak untuk menyadarkan semua pihak. Selamat pagi, alam terjaga untuk masa depan anak cucu kita," pungkas Dedi Mulyadi.***

Editor: Robi Maulana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah