3 Puisi untuk Hari Ibu 2021, dari Sastrawan Indonesia Karya Sapardi Djoko Damono hingga KH Mustofa Bisri

- 20 Desember 2021, 21:51 WIB
3 Puisi untuk Hari Ibu 2021, dari Sastrawan Indonesia Karya Sapardi Djoko Damono hingga KH.Mustofa Bisri
3 Puisi untuk Hari Ibu 2021, dari Sastrawan Indonesia Karya Sapardi Djoko Damono hingga KH.Mustofa Bisri /unsplash.com/Omar Lopez

 

MANTRA SUKABUMI - inilah 3 puisi untuk di hari ibu, yang akan jatuh pada 22 Desember 2021.

Karya puisi yang ditulis sastrawan Indonesia, diantaranya dari Sapardi Djoko Damono hingga KH.Mustofa Bisri.

Tak selalu bermakna klise, 3 puisi yang bisa anda baca untuk dipersembahkan pada ibunda.

Baca Juga: Hari Ibu 22 Desember 2021: Ungkapkan Rasa Sayang dengan Link Twibbon Menarik dan Sempurna

Berikut 3 puisi di hari ibu, yang dirangkum mantrasukabumi.com dari berbagai sumber.

1.Ibu
Karya:Sapardi Djoko Damono

Ibu masih tinggal di kampung itu, ia sudah tua. Ia
adalah perempuan yang menjadi korban mimpi-mimpi
ayahku. Ayah sudah meninggal, ia dikuburkan di sebuah
makam tua di kampung itu juga, beberapa langkah saja
dari rumah kami. Dulu Ibu sering pergi sendirian ke
makam, menyapu sampah, dan kadang-kadang,
menebarkan beberapa kuntum bunga. “Ayahmu bukan
pemimpi,” katanya yakin meskipun tidak berapi-api, “ia
tahu benar apa yang terjadi.”

Kini di makam itu sudah berdiri sebuah sekolah,
Ayah digusur ke sebuah makam agak jauh di sebelah
utara kota. Kalau aku kebetulan pulang, Ibu suka
mengingatkanku untuk menengok makam ayah,
mengirim doa. Ibu sudah tua, tentu lebih mudah
mengirim doa dari rumah saja. “Ayahmu dulu sangat
sayang padamu, meskipun kau mungkin tak pernah
mempercayai segala yang dikatakannya.”

Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, sambil
menengok ke luar jendela pesawat udara, sering
kubayangkan Ibu berada di antara mega-mega. Aku
berpikir, Ibu sebenarnya lebih pantas tinggal di sana, di
antara bidadari-bidadari kecil yang dengan ringan
terbang dari mega ke mega – dan tidak mondar-mandir
dari dapur ke tempat tidur, memberi makan dan
menyusui anak-anaknya. “Sungguh, dulu ayahmu sangat
sayang padamu,” kata Ibu selalu, “meskipun sering
dikatakannya bahwa ia tak pernah bisa memahami
igauan-igauanmu.”

Halaman:

Editor: Ina Herlina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x