"Saya kira bisa (penyebaran melalui udara). Tapi yang utama itu tetap (dari) droplets, percikan yang kemudian jatuh di suatu permukaan," ungkapnya pada Kamis, 19 Maret 2020.
Ia juga mengungkapkan jarak droplets yang memungkinkan ada 1 meter.
Apabila tetesan cairan dari pasien positif disentuh, lalu kemudian menempel pada tangan dan menyentuh mata, mulut ataupun hidung sebelum mencucinya maka virus akan masuk ke dalam tubuh.
"Akhirnya virus masuk, droplet dan virusnya itu nempel di situ. Ini adalah tempat-tempat mode entry virus itu masuk cari tempat tinggalnya di sistem pernafasan," ujarnya.
Soedarsono juga mengungkapkan bahwa virus dapat ditularkan atau penyebarannya bisa dari udara.
Hal tersebut mungkin dapat terjadi, bila cairan yang dikeluarkan pasien postf sebelum jatuh ke permukaan, terisap oleh orang yang berada di lingkungan yang berjarak dar satu meter.
"Tidak melayang-layang di udara bukan begitu. Tetap itu disebut, apakah itu virus, bakteri, ataukah jamur, ya tidak hidup di udara, itu yang dibayangkan oleh orang selama ini.
"Masker sebenarnya hanya dipakai oleh orang yang sakit, atau yang merawat, atau berada di lingkungan padat yang tidak terhindar dan tidak tahu ada orang sakit," katanya. ** (Edy Pranoto / Portal Jember)