Benarkah Suara Dentuman Berasal dari Letusan Gunung Anak Krakatau? Simak Penjelasannya

- 12 April 2020, 07:42 WIB
ILUSTRASI petir.*
ILUSTRASI petir.* /Pixabay/

MANTRA SUKABUMI - Viral suara dentuman  yang terdengar di wilayah Jabodetabek Jum'at (10/4/2020) sekitar pukul 22.35 WIB.

Bahkan di media sosial pun banyak yang membicarakan tentang suara dentuman tersebut.

Dampaknya banyak masyarakat yang mendengar suara dentuman, berhamburan ke luar rumah untuk memastikan suarat tersebut sekaligus mengamankan diri.

Berbagai praduga pun muncul tetapi banyak yang mengarah dentuman tersebut disebabkan gunung Anak Krakatau meletus.

Dikutip mantrasukabumi.com dari PRFM Menurut Peneliti Madya Bidang Geofisika Terapan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nugroho D. Hananto menduga suara dentuman yang terdengar di wilayah Jabodetabek bukan disebabkan oleh aktivitas erupsi dari Gunung Anak Krakatau. Mengingat jarak antara Selat Sunda dimana gunung tersebut berada dengan Jabodetabek cukup jauh.

Baca Juga: Pendaptaran Kartu Pra Kerja Sudah Dibuka Sabtu (11/4/20), Simak Caranya

Selain itu, Nugroho mengatakan, erupsi yang terjadi pada Jumat (10/4/2020) pukul 22.35 WIB itu merupakan erupsi yang tergolong kecil. Sehingga menurutnya, suara dentuman itu diduga berasal dari aktivitas atmosfer, seperti guntur maupun petir yang terjadi.

Terlebih lagi, wilayah Bogor diketahui sebagai daerah yang aktivitas atmosfernya cukup intens. Selain itu, karena aktivitas warga minim suara dentuman yang dihasilkan pun seakan menjadi lebih besar.

“Boleh jadi suara itu dari aktivitas di atmosfer kita, misalkan guntur, kilat yang ada gunturnya, petir. Namun, kita tahu semua lagi WFH jadi situasinya sepi jadi mungkin efek guntur itu demikian keras. Saya pikir terlalu jauh kalau kita menghubungkan suara itu dengan gunung api yang ada di Selat Sunda,” kata Nugroho saat on air di Radio PRFM 107,5 News Channel, Sabtu (11/4/2020).

Baca Juga: Kabar Baik Update Minggu 12 April 2020: 400.000 Orang Sembuh dari Virus Corona

Karenanya, di saat seperti ini yang harus dihindari adalah untuk tidak menghubung-hubungkan suatu kejadian dengan kejadian lain. Karena menurut Nugroho berpotensi membuat resah masyarakat.

“Yang berbahaya itu kalau kita menghubung-hubungkan yang membuat resah itu yang menghubung-hubungkan. Ini ada letusan Gunung Anak Krakatau, ada dentuman yang maha keras. Kalau saya lihat ya janganlah kita berandai-andai,” ungkapnya.

Terkait dengan erupsi Gunung Anak Krakatau, Nugroho mengakatan kecil kemungkinan untuk memicu gunung lain khususnya Gunung Tangkubanperahu. Pasalnya, sumber magma yang menjadi pemicu erupsi gunung api di Indonesia boleh jadi berbeda, terlebih jaraknya cukup jauh.

Baca Juga: Update Positif Covid-19 di Indonesia, NTT dan Gorontalo 1 Kasus, DKI Tertinggi

“Di masing-masing gunung kita itu, di bawahnya ada sumber magma. Tapis umber magmanya lain lain. Jadi sumber magma di Tangkuban Perahu boleh jadi berbeda dengan di Gunung Anak Krakatau. Karena ini sumbernya berbeda-beda,” jelasnya.

“Ini sangat kecil kemungkinannya ada letusan satu gunung yang memicu gunung yang lain kalau itu dekat dan dihubungkan oleh daerah yang struktur batuannya itu lemah atau sudah sesar. Boleh jadi dia terhubung. Namun demikian jika kita lihat dengan kasus Gunung Anak Krakatau dan Gunung Tangkuban Perahu menurut saya aktivitasnya tidak mempengarhi Gunung Tangkuban Perahu,” ujarnya.**

Editor: Abdullah Mu'min

Sumber: PR FM News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x