Harus Diwaspadai, Semasa Pandemi Virus Corona Anak-anak dan Pelajar Hadapi Tekanan Psikososial

- 5 Agustus 2020, 16:06 WIB
Ilustrasi anak depresi. *Pexels
Ilustrasi anak depresi. *Pexels /Pexels/

MANTRA SUKABUMI – Sejak pandemi virus corona di Indonsia menyebar keseluruh negeri dan diberlakukannya sekolah daring, anak-anak dan pelajar menghadapi peningkatan tekanan psikososial yang harus diwaspadai karena menyangkut kesehatan jiwanya.


Tekanan psikososial yang menimpa anak-anak sangat perlu sekali menjadi perhatian semua kalangan karena menyangkut hak anak dan masa depannya yang masih panjang.


Menyikapi fenomena tersebut, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Jiwa Fidiansjah menyampaikan dalam keterangan pers melalui telekonferensi di Jakarta, Rabu, ia mengatakan bahwa anak-anak dan pelajar mengalami kebosanan dan peningkatan kekhawatiran selama pandemi, yang memaksa mereka dan orang tua mereka lebih banyak beraktivitas di rumah, sebagaimana dikutip dari laman antaranews.com.

Baca Juga: China Marah, Tuduh AS Epidemi Hanya Alasan Untuk Provokasi Tiongkok dengan Kunjungan ke Taiwan

Menurut data Kementerian Kesehatan, selama pandemi 47 persen anak merasa bosan tinggal di rumah, 35 persen khawatir ketinggalan pelajaran, 15 persen merasa tidak aman, 34 persen merasa takut terserang COVID-19, 20 persen merindukan teman-temannya, dan 10 persen khawatir penghasilan orang tua mereka berkurang.

Fidiansjah menjelaskan, anak-anak usia dini bisa terpengaruh kondisi orang tua yang stres menghadapi masalah seperti peningkatan kebutuhan ekonomi dan peningkatan beban.

Sementara itu, anak-anak yang masih harus mengikuti pembelajaran dari jarak jauh menghadapi kendala tambahan saat orang tua yang biasa mendampingi mereka belajar di rumah kembali bekerja dan para pelajar yang sudah kembali belajar di sekolah menghadapi kekhawatiran tertular COVID-19.

Baca Juga: AS Akan Kunjungi Taiwan dalam Beberapa Dekade, Kemungkinan Kobarkan Api Kemarahan China

Fidiansjah mengemukakan bahwa penerapan sistem pembelajaran jarak jauh juga berpotensi meningkatkan kekerasan fisik dan verbal pada anak-anak.

Orang tua bebannya bertambah karena selain harus menyelesaikan pekerjaan sehari-hari juga harus mendampingi anak-anak belajar dan kondisi yang demikian bisa memicu terjadinya kekerasan fisik atau verbal pada anak.

"Yang tidak kita inginkan suasana pandemi di keluarga menimbulkan kekerasan karena dinamika perubahan yang dialami oleh anak dan orang tua tidak siap dengan perubahan ini," kata Fidiansjah.

Baca Juga: Kerja Nyaman Tak Merugikan Tubuh Kita, Ini Cara Hadapi Sakit Punggung dan Keseleo Saat Bekerja

Ia menekankan pentingnya orang tua, masyarakat, dan pemerintah memerhatikan kesehatan jiwa anak semasa pandemi.

Kementerian Kesehatan menyediakan layanan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial bagi anak dan remaja. Warga bisa mengakses layanan konsultasi kesehatan jiwa gratis melalui telepon dengan menghubungi Call Center di nomor 119 ext 8.**

 

 

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Antaranews.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x