MANTRA SUKABUMI - beredar nya isu tsunami di selatan jawa, masih dalam penelitian BMKG dan terus bersiaga secara real time.
Pasalnya isu yang beredar di masyrakat terlalu masif sehingga menimbulkan kepanikan di media sosial.
BMKG minta kepada masyarakat jangan panik terhadap isu isu yang beredar tentang tsunami yang akan terjadi di selatan pulau jawa.
Baca Juga: Merchant Baru ShopeePay Minggu ini Penuh dengan Fesyen dan Makanan Lezat
Baca Juga: Mengerikan, Satu Kota Meninggal di China Diduga Karena Terkena Azab, Cek Faktanya
Apalagi hal itu di gambarkan sebagai bencana yang luar biasa dahsyat nya, maka dari itu BMKG minta kepada masyarakat untuk perbanyak literasi dan memahami situasi yang terjadi, Waspada boleh Panik Jangan.
Dilansir mantrasukabumi.com dari lama infopublik.id, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati terkait hasil penelitian yang menyatakan adanya potensi kejadian tsunami di Pantai Selatan Jawa yang dapat mencapai ketinggian 20 meter akibat gempabumi megahtrust oleh sejumlah peneliti, termasuk peneliti BMKG.
Menurut Dwikorita Karnawati, sebagai negara yang berpotensi rawan bahaya gempabumi dan tsunami, penelitian/kajian gempabumi dan tsunami di Indonesia perlu selalu didorong dengan tujuan bukan untuk menimbulkan kecemasan dan kepanikan masyarakat, namun untuk mendukung penguatan sistem mitigasi bencana, sehingga kita dapat mengurangi atau mencegah dampak dari bencana itu, baik jatuhnya korban jiwa maupun kerusakan bangunan dan lingkungan.
"Sejak beberapa tahun yang lalu beberapa peneliti telah melakukan kajian potensi kejadian tsunami di Pantai Selatan Jawa yang dapat mencapai ketinggian 20-meter akibat gempabumi megahtrust. Metode, pendekatan, dan asumsi yang dilakukan dalam tiap penelitian tersebut berbeda, namun hasilnya kurang lebih sama, yaitu potensi terjadinya tsunami dengan ketinggian sekitar 20 meter, dalam waktu 20 menit gelombang tiba di pantai sejak terjadinya gempa," ujarnya, Senin 28 September 2020
Baca Juga: Jangan Terpancing Isu Tsunami 20 Meter di Selatan Jawa, Kenali Dulu Pengertian Gempa Megathrust
Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Widjo Kongko (2018), Ron Harris (2017 - 2019), dan yang terakhir oleh tim lintas lembaga yang dipimpin oleh ITB dan didukung oleh BMKG.