Sah, Enam Tokoh Berikut Ini Resmi Bergelar Pahlawan Nasional

- 10 November 2020, 12:37 WIB
Sah, Enam Tokoh Berikut Ini Resmi Bergelar Pahlawan Nasional, Salah satunya Sultan Baabullah
Sah, Enam Tokoh Berikut Ini Resmi Bergelar Pahlawan Nasional, Salah satunya Sultan Baabullah /Ragam pelajaran/

 

MANTRA SUKABUMI - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah resmi memberikan gelar pahlawan kepada ke enam tokoh nasional. Di Istana Negara Selasa, 10 November 2020.

Penganugerahan Gelar Pahlawan tersebut, diselenggarakan secara bersamaan dengan upacara memperingati hari pahlawan, pada Selasa, 10 November 2020 pukul 10.00 WIB di Istana Negara, dengan Inspektur Upacara Presiden RI.

Sebagaimana dalam siaran pers yang disampaikan oleh Menteri Sosial pada Senin, 7 November 2020.

Baca Juga: Nikmati Makan Kenyang dan Hemat Dengan ShopeePay Deals Rp1

Baca Juga: Kolaborasi Adidas dan Marvel, Luncurkan Sneakers 'Marvel's Spider-Man: Miles Morales Superstar'

Ia menyatakan bahwa akan ada enam tokoh yang akan di anugerahi gelar Pahlawan Nasional (Harwan) 2020.

Sebagaimana dilansir mantrasukabumi.com dari RRI pada Selasa, 10 November 2020, adapun nama enam tokoh yang telah resmi dianugerahi sebagai pahlawan nasional, yaitu:

1. Sultan Baabullah, Provinsi Maluku Utara

Sultan Baabullah merupakan penguasa ke-24 Kesultanan Ternate di Kepulauan Maluku. Dia terkenal karena keberaniannya mengusir Portugis dan membawa kesultanan tersebut ke puncak kejayaan di akhir abad ke-16.

Bahkan, di perlindungan Baabullah, kapal dagang dari Malaya singgah di Ternate dan memastikan arus niaga dengan kawasan sekitar dan Eropa tetap diawasi dengan ketat.

Dia mengeluarkan aturan yang mewajibkan seluruh orang Eropa yang singgah di Ternate melepas topi dan sepatu sebagai pengingat. Atas jasanya, nama Sultan Baabullah diabadikan sebagai nama Bandara di Ternate.

2. Machmud Singgirei Rumagesan, Provinsi Papua Barat

Machmud Singgirei Rumagesan merupakan raja dari wilayah Sekar (Fakfak), Rumasegan menjadi orang yang menentang keras dan meminta Belanda membayarkan gaji tenaga kerja, untuk memenuhi syarat yang diajukan raja.

Baca Juga: Kolaborasi Adidas dan Marvel, Luncurkan Sneakers 'Marvel's Spider-Man: Miles Morales Superstar'

Akibat pertentangan dengan pemerintah Belanda dia pun dijebloskan oleh pemrintah kolonial dan diasingkan ke Saparua selama 15 tahun.

Saat Belanda berusaha kembali menduduki Indonesia pasca-proklamasi, Rumasegan menurunkan bendera Belanda pada 1 Maret 1946 sebagai bentuk demonstrasi.

Saat bebas, dia menyatakan dukungannya bagi kemerdekaan Indonesia dan memperjuangkan kemerdekaan Papua dari penjajahan Belanda.

3. Jend Polisi Purn, Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, Kapolri Pertama RI

Pada 29 September 1945, Presiden Sukarno menunjuk Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo menjadi Kepala Kepolisian Negara RI sehingga tercatat sebagai pemimpin kepolisian RI pertama.

Saat itu Presiden Sukarno berpesan agar Soekanto membangun Kepolisian Nasional, artinya mengubah mental kepolisian kolonial, serta sistem kepolisian nasional dan mengemban seluruh fungsi kepolisian yang terpecah-pecah pada masa Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial.

Awal kariernya Soekanto harus memulai jabatan barunya dari nol. Tanpa kantor, tanpa staf, dan tanpa punya wewenang formal karena tugasnya hanya melanjutkan Hoofd van de Dienst der Algemene Politie.

Selama 14 tahun menjabat, Soekanto dikenal sosok visioner, disiplin, jujur, membangun Polri.

Pada masa Orde Baru, Soekanto ditunjuk oleh Presiden Soeharto menjadi Dewan Pertimbangan Agung sampai diberhentikan dengan hormat pada 23 Maret 1978.

Baca Juga: Rizieq Shihab Pulang ke Tanah Air, Chudry Sitompul: Selama Belum Ada SP3 Kasusnya Masih Terus Jalan

4. Arnold Mononutu, Provinsi Sulawesi Utara

Arnoldus Isaac Zacharias Mononutu merupakan Menteri Penerangan di era Sukarno. Rasa nasionalisme Mononutu sudah tertanam menempuh pendidikan di Akademi Hukum Internasional Den Haag pada 1920-an.

Dua sempat Partai Nasional Indonesia (PNI) dan bertemu Sukarno. Masa pendudukan Jepang, pada 1942, Mononutu diburu karena sikap nasionalisnya.

Saat Indonesia merdeka, dia fokus membantu rakyat Maluku Utara untuk menentukan respons terbaik mereka. Pada tahun 1946, Mononutu menjadi anggota parlemen Negara Indonesia Timur (NIT) serta membujuk anggota parlemen lain untuk mendukung gagasan menyatukan NIT dengan Republik Indonesia.

5. Sutan Mohammad Amin Nasution, Provinsi Sumatera Utara

Sutan Mohammad Amin Nasution atau Krueng Raba Nasution merupakan Gubernur Riau yang pertama. Dia merupakan tokoh Pergerakan sumpah pemuda, pengacara serta penulis.

Amin, dilantik menjadi Gubernur Sumatra Utara pada 19 Juni 1948. Di masa jabatannya itu, ia mulai mencetak uang daerah untuk wilayah Sumatra Utara atau URIPSU.

Baca Juga: Vaksin Pastikan Efektif dan Aman untuk Hentikan Penyeberan Virus atau Penyakit Menular

6. Raden Mattaher Bin Pangeran Kusim Bin Adi, Jambi

Raden Mattaher merupakan panglima perang dari Jambi yang lahir pada 1871. Raden Mattaher tidak bisa dipisahkan dari Sultan Thaha. Sebab, beliau merupakan sosok panglima perang tangguh yang dimiliki Sultan Thaha masa itu.

Dia mempunyai dengan segudang taktik gerilya yang mampu menggempur serdadu Belanda. Saat itu oleh prajurit dan masyarakat dia mendapat gelar Singo Kumpeh karena keberingasannya menumpas penjajah.

Bahkan Raden Mattaher merupakan panglima perang ditakuti oleh tentara Belanda. Namun, perjuangan Raden Mattaher berakhir pada 10 September 1907.

Ia ditembak mati di rumahnya sendiri dalam sebuah operasi militer Belanda. Raden Mattaher dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Jambi di tepi Danau Sipin Kota Jambi. Selain itu jari kelingking Raden Mattaher juga dimakamkan di sebuah desa di Muaro Jambi.

Acara tersebut disaksikan oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin serta sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju, Anhar Gonggong dan juga putri dari Wakil Presiden pertama RI Moh Hatta, Meutya Hatta.**

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah