Dijual Seharga 7 Miliar, Software untuk Curi Data Pengguna Zoom Beredar di Jagat Maya

- 22 April 2020, 16:07 WIB
ILUSTRASI Aplikasi Zoom
ILUSTRASI Aplikasi Zoom /AFP/Oliver Doulievery/.*/AFP

MANTRA SUKABUMI– Dewasa ini, dalam masa pandemi COVID-19 masyarakat dituntut untuk tetap berada di rumah, melakukan segala aktivitasnya dialihkan dari rumah. Tidak hanya di Indonesia, akan tetapi hampir di seluruh dunia.

Di Indonesia sendiri kebijakan pemerintah dalam memutus mata rantai penyebaran virus Corona (COVID-19) sudah berbagai kebijakan dilakukan, mulai dari social dan physical distancing, hingga saat ini kebijakan PSBB sudah diberlakukan di berbagai daerah di Indonesia.

Karena kebijakan tersebut, penggunaan layanan internet semakin tinggi, karena digunakan untuk melakukan pekerjaan maupun kegiatan belajar dari rumah melalui video teleconference.

Baca Juga: Jangan sampai Salah Terima, Ini Cara Bedakan Bantuan Pemprov Jabar atau Bukan

Aplikasi layanan video teleconference saat ini yang sempat melejit viral digunakan yakni aplikasi Zoom. Zoom merupakan aplikasi layanan untuk meeting class ataupun rapat online.

Akan tetapi, dikabarkan bahwa aplikasi ini ternyata sangat berbahaya bagi penggunanya, bahkan Google melarang karyawannya untuk menggunakan aplikasi tersebut di komputer PC.

Sejumlah isu negatif mengenai kejadian yang menimpa pengguna aplikasi Zoom mulai beredar di media sosial.
Mulai dari penyusupan perangkat lunak yang diinstal aplikasi Zoom saat rapat hingga peretasan yang dialami oleh beberapa pengguna.

Baca Juga: Penambang Emas Ilegal di Sukabumi Ditangkap Polisi

Hebohnya lagi, ternyata terdapat beberapa software yang digunakan untuk mencuri data pengguna aplikasi Zoom ini telah dijual online menurut pakar keamanan siber.

Harganya pun tidak tanggung-tanggung, bisa membuat kita melongo yaitu mencapai 7 Miliar Rupiah, nilai yang sangat pantastis bukan?

Pencurian data para pengguna zoom ini dari beberapa pengalaman yang dibagikan oleh pengguna aplikasi zoom ini dimulai dengan menyusupi perangkat yang telah terinstal aplikasi zoom.

Baca Juga: Staf Khusus Kepresidenan, Adamas Belva Devara Mengundurkan Diri

Kemudian penyusup mulai menjalankan operasi diamnya untuk membuka beberapa aplikasi lain seperti aplikasi M-banking korban.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di laman Portal Jember dengan judul “Software untuk Curi Data Pengguna Zoom Beredar Online Seharga Rp 7 M. "

Serangan siber itu masuk ke dalam kategori zero-day, yaitu vendor tidak menyadari kehadiran peretas sehingga tidak bisa mencegah eksploitasi tersebut untuk beberapa waktu.

Baca Juga: Ingin Saingi Mata Manusia, Samsung Kembangkan Kamera 600 Megapixel

"Serangan zero-day di Windows memungkinkan para peretas mencuri kode dari perangkat pengguna Zoom, dan dijual secara online seharga 500.000 dolar AS (sekitar Ep 7,8 M)," lapor Tech Radar pada Senin 20 April 2020.

Zoom pun memberikan keterangan tertulisnya sebagai berikut.

"Kami sangat mementingkan keamanan pengguna. Sejak mengetahui isu yang beredar ini, kami telah meningkatkan keamanan dengan menggandeng peeusahaan terkemuka di industri untuk menyelidiki hal itu."

Baca Juga: Imbas Corona, Desainer Kondang Ivan Gunawan Banting Setir Jualan Peyek

Badan Siber dan Sandi Negara pun telah memberikan panduan keamanan mengenai pemanfaatan aplikasj video conference.

Pertama, prioritaskan keamanan jaringan. End point platform video conference sering membutuhkan Session Boarder Controller (SBC) guna mengatur traffic, termasuk mencari dan memblok koneksi mencurigakan.

Kedua, pentingnya penggunaan enkripsi. Bersama dengan keamanan jaringan, enkripai merupakan hal yang mutlak bagi video conference.

Baca Juga: Puluhan Bir Diamankan Polisi di Palabuhanratu Sukabumi

Ketiga, lindungi diri dengan "Permission". Tidak semua kebocoran data teejadi karena hacker yang masuk ke dalam sistem.

Masalah keamanan dapat terjadi jika ada orang yang tidak berkepentingan dengan secara tidak sengaja diberi akses komunikasi yang seharusnya tidak dilihat.

Badan Siber dan Sandi Negara pun telah memberikan panduan keamanan mengenai pemanfaatan aplikasj video conference.

Baca Juga: Robot Disinfektan Otomatis AUMR, Karya Inovasi TEL-U dan LIPI

Masalah keamanan dapat terjadi jika ada orang yang tidak berkepentingan dengan secara tidak sengaja diberi akses komunikasi yang seharusnya tidak dilihat.

Misalnya saja, karena tidak mendapatkan pengaturan yang benar.

Terakhir, buat dan patuhi kebijakan untuk video conference.

Baca Juga: Jangan sampai Salah Terima, Ini Cara Bedakan Bantuan Pemprov Jabar atau Bukan

Jaringan yang aman dan enkripsi tidak akan berdampak besar pada keamanan video conference jika SDM yang menggunakan tidak memahami budaya keamanan.

Kesalahan manusia (human error) merupakan penyebab terbesar terjadinya kebocoran data. **

Editor: Encep Faiz

Sumber: Portal Jember (PRMN)


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah