MANTRA SUKABUMI - Laut China Selatan yang masih menjadi kawasan sengketa yang kini di klaim sepihak oleh Tiongkok. Hal tersebut membuat beberapa negara geram atas tindakan Tiongkok tersebut.
Seperti diketahui bahwa Laut China Selatan menyimpan banyak cadangan sumber daya alam yang melimpah, sehingga menjadikan kawasan tersebut dipersengketakan.
Baca Juga: Donald Trump Desak Negara Bagian Buka Lockdown, Bekerja dan Buka Perekonomian
Belum lama ini dilaporkan ada pergerakan kapal-kapal Tiongkok yang diambil oleh hasil citra gambar satelit yang diperoleh dari Satelit Hub milik Badan Antariksa Eropa (ESA).
Dari citra gambar satelit tersebut menunjukan kapal-kapal Tingkok berputar-putar di Laut China Selatan melakukan pengerukan sumber daya alam yang ada di kawasan tersebut.
Ada puluhan bahkan ratusan kapal-kapal Tiongkok yang berada di perairan sengketa yang ditunjukan oleh citra satelit ESA.
Baca Juga: Pandemi Virus Corona Belum Usai, Krisis Tumpukan Sampah Plastik Terjadi di Thailand
Dilansir dari Forbes, pada 17 April 2020, penjaga pantai Taiwan dilaporkan mengejar 40 kapal keruk ilegal dari suatu daerah di ujung utara Laut China Selatan.
Citra satelit lain diambil pada 3 Mei 2020 yang mengonfirmasi bahwa kapal kembali dan terus melakukan pengerukan. Hal ini diungkapkan oleh pengguna Twitter @detresfa_.
"Kembali mengunjungi wilayah tersebut pada tanggal 3 Mei 2020, sepertinya operasi mungkin telah dimulai kembali," tulisnya.
Baca Juga: Planet Mars Terbukti Aktif Secara Vulkanik dan Geologis, Ilmuan: Mars Bukan Planet Mati
Baca Juga: Jokowi Naikkan Iuran BPJS Kesehatan pada Juli 2020, Berikut Rinciannya
Kapal menggunakan pengeruk keruk isap untuk menyedot pasir. Setiap kapal keruk dapat membawa ratusan ton pasir.
Dikutip dari Pikiran-Rakyat.com berdasarkan laporan dari Taipei Times, menurut presiden Masyarakat Margasatwa dan Alam Taiwan, Jeng Ming-shiou, kapal-kapal Tiongkok mengeruk lebih dari 100.000 ton per hari. Kegiatan ini telah berlangsung selama beberapa tahun.
Analisis sumber terbuka menunjukkan bahwa pasir dibawa ke Tiongkok, lalu dibongkar di pelabuhan seperti Qiwei di provinsi Fujian.
Baca Juga: Hari Ini, Rupiah Diprediksi Melemah Karena Kekhawatiran Pasar Adanya Covid-19 Gelombang Kedua
Sebelumnya, artikel ini telah terbit di laman Pikiran-Rakyat.com dengan judul "Citra Satelit Tunjukkan Kapal Tiongkok Keruk Sumber Daya Alam di Laut China Selatan."
Pasir kemungkinan digunakan untuk proyek reklamasi tanah yang luas, seperti perpanjangan pembangunan Bandara Hong Kong.
Bukan hanya Taiwan yang menjadi tempat pengerukan oleh kapal Tiongkok. Pada Agustus 2019, sebuah kapal keruk besar kandas di dekat Aparri, Cagayan, di pantai utara Filipina.
Kapal Tiongkok ini dilaporkan terlibat dalam kegiatan pengerukan pasir yang sah di Filipina, pasir juga ditujukan untuk perluasan bandara Hong Kong.
Baca Juga: Jelang Lebaran, Sukabumi Aman dari Daging Celeng
Pasir yang dikeruk merupakan pasir hitam. Pasir ini sangat penting bagi Filipina karena digunakan untuk produk beton dan baja, serta perhiasan dan kosmetik.
Pasir hitam juga bisa mengandung Magnetite, sejenis bijih besi yang merupakan komoditas berharga.
Akan tetapi penambangan pasir memiliki dampak negatif yang dapat mempengaruhi stok ikan, menyebabkan erosi, serta membahayakan komunitas lokal. (Julkifli Sinuhaji)**