Sejarah Singkat Konflik Palestina dan Israel, Populasi Yahudi dari Minoritas Jadi Mayoritas

- 18 Mei 2021, 09:11 WIB
Ilustrasi bendera Palestina dan Israel.
Ilustrasi bendera Palestina dan Israel. //Pixabay/Jorge Vilalba



MANTRA SUKABUMI - Konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel yang sudah berusia seabad.

Konflik di tanah Palestina terhitung sejak Deklarasi Balfour pada 1917 yang bersumber dari klaim bermasalah Israel atas tanah yang dijanjikan.

Lalu Inggris mendukung national home bagi warga Yahudi Israel di tanah yang telah ditempati bangsa Palestina.

Baca Juga: Ada Diskon hingga 90% Plus Voucher, Belanja Termurah di Shopee Murah Lebay

Baca Juga: Selamat Jalan, Komedian Bopak Sampaikan Kabar Kehilangan: Menjadi Permata di Tidur Panjangmu

Dirangkum mantrasukabumi.com dari berbagai sumber, konflik berdarah terus berlangsung sejak Israel secara sepihak, memproklamasikan berdirinya negara Israel pada 14 Mei 1948 tanpa batas wilayah yang jelas.

Dengan dukungan negara-negara Barat, Israel menegaskan batas wilayahnya melalui perang melawan negara-negara Arab, berturut-turut pada 1949, 1967, dan 1973.

Dengan bermodal kekuatan senjata canggih maka Israel berhasil menduduki Yerusalem Timur, Tepi Barat, Dataran Tinggi Golan, Gaza, dan Semenanjung Sinai.

Namun Klaim teritorial Israel tidak diakui oleh mayoritas negara, kecuali Amerika yang mengakui klaim Israel atas seluruh wilayah kota tersebut.

Israel, selama 50 tahun terakhir, terus mengukuhkan pendudukannya dengan membangun permukiman bagi ratusan ribu warga Yahudi.

Kaum Yahudi yang sebelumnya minoritas, kini menjadi mayoritas populasi yang menggusur bangsa dan tanah Palestina.

Baca Juga: Info Terupdate: Mesir dan UEA Tawarkan Gencatan Senjata Asal Berhenti Serang Israel, Hamas: Siap Perang Besar

Saat ini Terdapat dua faksi pejuang yang saling berseberangan pendapat, yakni Fatah dan Hamas.

Fatah setuju solusi dua negara sebagaimana telah disepakati dalam Perjanjian Oslo 1993, Tetapi Hamas menolak.

Sementara Hamas ingin mendirikan Palestina berdasarkan Islam.

Lalu Fatah berhaluan nasionalis sekuler, dan Kedua faksi tersebut terkunci dalam perang saudara sejak 2006.

Hamas menguasai Gaza, Fatah menguasai Tepi Barat. Polarisasi faksi-faksi pejuang Palestina ikut menyulitkan proses penyelesaian konflik Israel-Palestina.

Pada 13 September 1993. Israel dan PLO bersepakat untuk saling mengakui kedaulatan masing-masing. Pada Agustus 1993, Arafat duduk semeja dengan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin. Hasilnya adalah Kesepakatan Oslo.

Rabin bersedia menarik pasukannya dari Tepi Barat dan Jalur Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah lembaga semiotonom yang bisa "memerintah" di kedua wilayah itu.

Baca Juga: Liburan ke Dubai, Azriel Hermansyah Pamer Foto Bareng Ronaldinho, Ashanty dan Atta Halilintar Iri

Arafat "mengakui hak Negara Israel untuk eksis secara aman dan damai".

Pada 28 September 1995. Implementasi Perjanjian Oslo. Otoritas Palestina segera berdiri.

Kerusuhan terowongan Al-Aqsa September 1996, Israel sengaja membuka terowongan menuju Masjidil Aqsa untuk memikat para turis, yang justru membahayakan pondasi masjid bersejarah itu. Pertempuran berlangsung beberapa hari dan menelan korban jiwa.

Pada 18 Januari 1997 Israel bersedia menarik pasukannya dari Hebron, Tepi Barat.

Perjanjian Wye River Oktober 1998 berisi penarikan Israel dan dilepaskannya tahanan politik dan kesediaan Palestina untuk menerapkan butir-butir perjanjian Oslo, termasuk soal penjualan senjata ilegal.

Pada 19 Mei 1999, Pemimpin partai Buruh Ehud Barak terpilih sebagai perdana menteri. Ia berjanji mempercepat proses perdamaian.

Kunjungan pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon ke Masjidil Aqsa memicu kerusuhan.

Karena Masjidil Al-Aqsa dianggap sebagai salah satu tempat suci umat Islam. Intifadah gelombang kedua pun dimulai.

Baca Juga: Lama Tak Muncul Usai KLB Sibolangit, Marzuki Alie Tiba-tiba Sampaikan Berita Duka

KTT Camp David 2000 antara Palestina dan Israel Maret-April 2002 Israel membangun Tembok Pertahanan di Tepi Barat dan diiringi rangkaian serangan bunuh diri Palestina.

Namun pada Juli 2004 Mahkamah Internasional menetapkan pembangunan batas pertahanan menyalahi hukum internasional dan Israel harus merobohkannya.

Pada 9 Januari 2005 Mahmud Abbas, dari Fatah, terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina. Ia menggantikan Yasser Arafat yang wafat pada 11 November 2004

Peta menuju perdamaian

Juni 2005 Mahmud Abbas dan Ariel Sharon bertemu di Yerusalem, namun Abbas mengulur jadwal pemilu karena khawatir Hamas akan menang.

Pada Agustus 2005 Israel hengkang dari pemukiman Gaza dan empat wilayah permukiman di Tepi Barat.

Pada Januari 2006 Hamas memenangkan kursi Dewan Legislatif, menyudahi dominasi Fatah selama 40 tahun.

Januari-Juli 2008 Ketegangan meningkat di Gaza. Israel memutus suplai listrik dan gas.

Baca Juga: Habib Rizieq Dituntut 2 Tahun Penjara, Muannas Alaidid: ini Baru Permulaan, Masih Panjang

Dunia menuding Hamas tak berhasil mengendalikan tindak kekerasan. PM Palestina Ismail Haniyeh berkeras pihaknya tak akan tunduk.

Pada November 2008 Hamas batal ikut serta dalam pertemuan unifikasi Palestina yang diadakan di Kairo, Mesir.

Sementara Serangan roket kecil berjatuhan di wilayah Israel. Serangan Israel ke Gaza dimulai 26 Desember 2008.

Israel melancarkan Operasi Oferet Yetsuka, yang dilanjutkan dengan serangan udara ke pusat-pusat operasi Hamas. Korban dari warga sipil berjatuhan.
 
Pada Mei 2010 Israel memblokade seluruh jalur bantuan menuju palestina

30 Mei 2010 Tentara Israel Menembaki kapal bantuan Mavi Marmara yang membawa ratusan Relawan dan belasan ton bantuan untuk palestina.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x