Semenjak diluncurkan resmi pada tahun lalu, proposal perdamaian Presiden Donald Trump tak pernah sepi dari resistensi dan kritik.
Dengan hanya didampingi PM Israel, Benyamin Netanyahu dan tak menyertakan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, Trump merilis rencana perdamaian yang dilabelinya 'Perjanjian Pamungkas' (Ultimate Deal).
Sementra Netanyahu, sebagai pihak yang diuntungkan, merayakannya sebagai 'Peluang Abad' (Opportunity of Century).
Dikatakan Yusli, Media Barat melabelinya sebagai Transaksi Abad (Deal of Century) yang lebih berkonotasi kritik peyoratif akibat pesimisme pada solusi yang ditawarkan.
Sementara para penolaknya secara sarkastis melabelinya sebagai 'Tamparan Abad', 'Penipuan Abad', hingga 'Pencurian Abad'.
Politik domestik Israel dan Palestina Netanyahu dan Hamas berupaya memanfaatkan momentum untuk mendapatkan keuntungan politik di kancah politik domestik Israel dan Palestina.
Posisi Netanyahu sebagai PM Israel di ujung tanduk setelah kegagalannya dalam membentuk pemerintahan efektif yang dibangun berbasis koalisi kekuatan-kekuatan politik Israel.
"Dalam dua tahun, Israel telah menyelenggarakan empat pemilu dan Nentanyahu bersama Knesset (parlemen Israel) belum berhasil membentuk pemerintahan," sambung Yusli.
Baca Juga: Ari Lasso Sarankan Deddy Corbuzier Pindah dari Bumi, Usai Undang Pimpinan Sunda Empire
Politik domestik Israel, kata dia, memang terfragmentasi dalam beragam kekuatan politik meski didominasi parpol berhaluan zionis.