Isu keamanan dan kedaulatan Israel menjadi jualan populis untuk menangguk dukungan konstituen dan serangan terhadap Palestina berpeluang mengerek elektabilitas dan legitimasi Netanyahu.
"Hamas juga dalam posisi yang sama. Kepemimpinan nasional Palestina hingga kini masih terbelah antara Fatah dan Hamas," kata Yusli.
Fatah (Palestinian Authority) berkuasa di Tepi Barat, menempuh jalur diplomatik untuk kemerdekaan Palestina dan didukung Barat.
Sementara Hamas yang secara de facto penguasa Gaza, menempuh jalur angkat senjata untuk kemerdekaan Palestina dan mendapat dukungan dari Iran.
"Di tengah tuduhan korupsi di tubuh Fatah, serangan Hamas sebagai bentuk pembelaan pada pengepungan Al-Aqsa berpeluang menaikkan elektabilitas Hamas saat Palestina mengadakan pemilu berikutnya," pungkas Yusli.***