Korea Selatan Terjebak di Tengah Ketegangan Perang Dingin Amerika Serikat dan Tiongkok

- 28 Mei 2020, 13:00 WIB
Tentara Korea Selatan sedang berjaga di wilayah perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara
Tentara Korea Selatan sedang berjaga di wilayah perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara /AFP

MANTRA SUKABUMIDi tengah krisis pandemi Covid-19 yang kian mengancam dunia dengan banyaknya korban berjatuhan terpapar infeksi virus mematikan itu, situasi hubungan Amerika Serikat dan Tiongkok pun ikut terbawa dampak kritis.

Setelah sebelumnya diramaikan dengan peta persaingan perdagangan ekonomi, nampaknya perselisihan pun terus berlanjut.

Isu pandemi Covid-19, sampai klaim laut China selatan adalah rentetan dari sekian persoalan yang membawa dampak terhadap hubungan kedua negara tersebut.

Akibatnya, negara yang berdekatan dan bersekutu dengan kedua negara adi kuasa tersebut mengalami kebingungan untuk menentukan sikap.

Salah satunya Korea Selatan, yang tengah terjebak di tengah ketegangan dan perang dingin antara dua negara adikuasa dunia, yaitu Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Baca Juga: Tersiar Video TKA China Masuk Palembang dengan APD Lengkap biar Dikira Nakes, Ini Faktanya

Seoul mendapatkan tekanan dari Washington untuk bergabung bersama di bawah pimpinan AS untuk mengisolasi Tiongkok.

AS memiliki posisi yang sangat vital untuk Korea Selatan.

Tak hanya sebagai sekutu untuk peselisihannya dengan Korea Utara, AS juga merupakan pasar ekspor kedua terbesar Korea Selatan dan menerima sebanyak 13,5 persen dari total ekspor Korea Selatan.

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari South China Morning Post, sama pentingnya seperti AS, Tiongkok sejauh ini merupakan mitra dagang terbesar Korea Selatan, yang membeli seperempat produk ekspor Korea Selatan.

Kerja sama Korea Selatan dan Tiongkok juga merupakan hal penting untuk mencegah Korea Utara menyerang. Seperti diketahui, Tiongkok merupakan sekutu dari negara yang kini dipimpin oleh Kim Jong Un.

Baca Juga: Tabrakan Kosmik antara Bima Sakti dan Galaksi Kerdil Sebagai Pemicu Terbentuknya Tata Surya

"Kami terjebak di tengah seperti udang di antara dua ikan paus. Kita harus melewati tali antara pertempuran AS dan Tiongkok untuk hegemoni global. Kami tidak dapat mengasingkan salah satu dari keduanya," ujar ekonom Choi Yang-oh di Hyundai Economic Research Institute.

Hong Kong telah menyerap barang-barang dari Korea Selatan senilai US$ 32 miliar tahun lalu yang menjadikannya pelanggan terbesar keempat kota itu.

Meskipun angka itu 31 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya karena protes anti-pemerintah yang telah terjadi di kota selama berbulan-bulan dan perlambatan global.

Tak hanya karena itu, posisi Seoul kian dipersulit oleh usulan undang-undang keamanan nasional Beijing untuk Hong Kong yang akan melarang pengkhiantan, mengharuskan pemerintah kota untuk membentuk lembaga melindungi kedaulatan dan memungkinkan lembaga dari Tiongkok daratan beroperasi di Hong Kong.

Artikel ini telah tayang seblumnya di tasikmalaya.pikiran-rakyat.com dengan judul "Bak Udang Diapit Dua Ikan Paus, Korea Selatan Terjebak di Tengah Perang Dingin AS dan Tiongkok"

Baca Juga: Jamaah Harap Bersabar, Arab Saudi Belum Ambil Keputusan terkait Ibadah Haji Tahun 2020

Para kritikus khawatir undang-undang itu merinci akhir cetak biru pemerintahan 'satu negara, dua sistem' di mana Hong Kong memiliki otonomi dan kebebasan yang tidak dinikmati warga di daratan Tiongkok.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump telah mengatakan pemerintahannya akan segera melakukan sesuatu tentang situasi pada akhir minggu ini.

Sementara para senator AS telah mengusulkan RUU dengan sanksi untuk mempertahankan otonomi Hong Kong.

Baca Juga: Ilmuwan Jepang Deteksi Sinyal Cahaya dari Jantung Galaksi, 4 juta Lebih Besar dari Matahari

Ini akan menjadi tambahan dari undang-undang yang disahkan tahun lalu yang dapat menghapus status perdagangan khusus Hong Kong dengan AS jika dianggap tidak lagi otonom dari Beijing.

"Jika Hong Kong kehilangan status perdagangan khusus, banyak perusahaan Korea Selatan akan merasakan tekanan untuk pindah dari kota," kata profesor administrasi bisnis Kim Dae-jong dari Sejong University.**

Editor: Abdullah Mu'min

Sumber: Pikiran Rakyat Tasikmalaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x