5 Tahun Pertempuran di Suriah, Terungkap ini Alasan Mengapa Rusia Campur Tangan

- 3 Oktober 2020, 10:10 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin merangkul Presiden Suriah Bashar al-Assad di kediaman Bocharov Ruchei di resor Laut Hitam Sochi [File: Mikhail Klimentyev / Kremlin Pool via AP]
Presiden Rusia Vladimir Putin merangkul Presiden Suriah Bashar al-Assad di kediaman Bocharov Ruchei di resor Laut Hitam Sochi [File: Mikhail Klimentyev / Kremlin Pool via AP] /

MANTRA SUKABUMI - Pada 30 September 2015, Federasi Rusia secara resmi memasuki perang saudara Suriah, ketika pemerintahan Presiden Bashar al-Assad semakin terancam. Sejak 2011, pertempuran hebat dan desersi massal telah melemahkan Tentara Arab Suriah.

Bahkan dukungan dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), pengerahan milisi Iran dan tentara bayaran Rusia, dan pengiriman persenjataan Rusia secara teratur, tidak cukup untuk menghentikan kemajuan kelompok oposisi dan bersenjata radikal.

Pada Maret 2015, pemerintah Suriah kehilangan ibu kota provinsi kedua, Idlib, ketika Jeish al-Fattah, koalisi lepas dari berbagai kelompok bersenjata, memimpin serangan yang berhasil di wilayah barat laut negara itu.

Baca Juga: Trump: Mengerikan, Ibu Negara dan Saya Akan Mulai Proses Karantina

Baca Juga: Awas Jangan Makan Pepaya? Berikut 4 Dampak Buruk Akibat Memakan Pepaya Berlebihan

Ibukota provinsi Raqqa, dengan sumber minyak dan air yang strategis, telah direbut tahun sebelumnya dan telah menjadi benteng utama kebangkitan Negara Islam Irak dan Syam (ISIL).

Selain itu, pemerintah Suriah telah kehilangan kendali atas sebagian besar provinsi yaitu Idlib, Aleppo, Raqqa, Deir Az Zor, Hassakeh, Deraa dan Quneitra. Lalu berjuang untuk pertahankan Hama, Homs, dan pedesaan Damaskus.

Sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari aljazeera.com, bahwa intervensi Rusia menghentikan kemajuan oposisi, yang didukung oleh Barat, Turki dan Teluk, dan secara efektif mempertahankan rezim Baath di Damaskus.

Hal ini membuka jalan bagi kehadiran Rusia yang lebih tegas di Timur Tengah, membuat beberapa pengamat berbicara tentang "kebangkitan Rusia" atau bahkan membuat kesejajaran dengan dinamika regional era Perang Dingin.

Halaman:

Editor: Abdullah Mu'min


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah