Usai Prabowo Teken Kerjasama Militer, AS Uji Indonesia Dengan Izin Pendaratan Pesawat Pengintai

- 20 Oktober 2020, 18:28 WIB
Pesawat pengintai EP-3E Amerika Serikat.*
Pesawat pengintai EP-3E Amerika Serikat.* /Dok. US Defense Visual Information Center/

P-8 memainkan peran sentral dalam mengawasi aktivitas militer China di Laut China Selatan, yang sebagian besar diklaim oleh Beijing sebagai wilayah kedaulatan. Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei memiliki klaim tandingan atas perairan kaya sumber daya tersebut, yang dilalui perdagangan senilai $ 3 triliun setiap tahun.

Indonesia bukan penuntut resmi di jalur perairan yang penting secara strategis, tetapi menganggap sebagian Laut Cina Selatan sebagai miliknya. China secara teratur telah mengusir kapal penjaga pantai dan kapal nelayan China dari daerah yang diklaim Beijing memiliki klaim bersejarah.

Baca Juga: Kemnaker Sebut Dana BLT BPJS Ketenagakerjaan yang Sudah Dicairkan Mohon Dikembalikan, Ini Alasannya

Baca Juga: Di Balik Kunjungan Menhan Prabowo Subianto ke AS, Ternyata Militer Asing Sudah Buat Peta

Tetapi negara itu juga memiliki hubungan ekonomi dan investasi yang berkembang dengan China. Ia tidak ingin memihak dalam konflik dan khawatir dengan meningkatnya ketegangan antara kedua negara adidaya tersebut, yang disebabkan militerisasi Laut China Selatan, Retno mengatakan kepada Reuters.

“Kami tidak ingin terjebak oleh persaingan ini,” kata Retno dalam sebuah wawancara di awal September. “Indonesia ingin menunjukkan bahwa kami siap menjadi partner Anda.”

Terlepas dari kedekatan strategis antara AS dan negara-negara Asia Tenggara dalam mengekang ambisi teritorial China, Dino Patti Djalal, mantan duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat, mengatakan "kebijakan anti-China yang sangat agresif" dari AS telah membuat Indonesia dan kawasan itu ketakutan.

"Itu terlihat tidak pada tempatnya," katanya kepada Reuters. “Kami tidak ingin tertipu menjadi kampanye anti-China. Tentu saja kami mempertahankan kemerdekaan kami, tetapi ada keterlibatan ekonomi yang lebih dalam dan China sekarang menjadi negara paling berpengaruh di dunia bagi Indonesia. ”

Greg Poling, seorang analis Asia Tenggara dari Pusat Kajian Strategis dan Internasional yang berbasis di Washington D.C., mengatakan mencoba mendapatkan hak pendaratan untuk pesawat mata-mata adalah contoh jangkauan yang canggung.

"Itu adalah indikasi betapa sedikit orang di pemerintah AS yang memahami Indonesia," katanya kepada Reuters. “Ada batasan yang jelas untuk apa yang dapat Anda lakukan, dan jika menyangkut Indonesia, langit-langit adalah memasang berpijak di tanah.”

Halaman:

Editor: Abdullah Mu'min

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x