Umat Muslim dan Kristen Bersatu Lawan Pidato Kebencian Islamofobia Macron

- 26 Oktober 2020, 20:27 WIB
Presiden Prancis Emmanuel Macron.* /Akun Twitter Resmi Emmanuel Macron @EmmanuelMacron/
Presiden Prancis Emmanuel Macron.* /Akun Twitter Resmi Emmanuel Macron @EmmanuelMacron/ /

Baca Juga: Usai Disuntilk Vaksin, Belasan Relawan di Korea Selatan Meninggal Dunia Secara Mendadak

Ghada Owais, presenter Al Jazeera lainnya yang juga beragama Kristen, me-retweet tweet Chahda, mengatakan: "Saya menolak untuk menyakiti perasaan Muslim atau untuk menggeneralisasi terorisme dan menghubungkannya dengan Islam."

Seorang pengguna Twitter bernama Ayman Dababneh mengatakan: "Siapa yang menyinggung dan tidak menghormati saudara Muslim saya tidak menghormati saya sebagai seorang Kristen Yordania," dia juga melampirkan foto yang mengatakan "Saya seorang Kristen terhadap pelecehan Islam."

Michael Ayoub mengatakan di Twitter: "Saya benar-benar membenci orang (yang) menghina agama orang lain atau mengejek dia atau utusannya."

"Apa yang terjadi di Prancis adalah kemerosotan dan ini menggarisbawahi bahwa mereka sangat jauh dari ajaran Alkitab."Raymond Maher menulis di akun Twitter-nya bahwa, "Sejak kemarin, semua yang saya lihat di newsfeed Facebook saya adalah postingan untuk orang-orang Kristen yang mengutuk penghinaan terhadap Nabi Muhammad dan begitulah sifat kami di Mesir. Kami adalah satu (Muslim dan Kristen)."

Baca Juga: Kabar Buruk, Jelang Duel Lawan Roma Kiper Andalan AC Milan Donnarumma Positif Covid-19

Di Facebook, puluhan orang Kristen termasuk "Fathi Daniel" dan "Wael Elbatl" memposting gambar dengan komentar serupa yang disertai dengan pujian dari umat Islam.

Pengacara Mesir Nevin Malak juga mentweet di bawah tagar "#Against menghina nabi" mengutip beberapa ajaran Alkitab yang menyerukan untuk menghormati agama lain.

Selama beberapa hari terakhir, Prancis telah menyaksikan pemasangan gambar dan gambar yang menghina Nabi Muhammad di fasad beberapa bangunan di negara itu.

Macron bulan ini juga menggambarkan Islam sebagai agama "dalam krisis" di seluruh dunia dan mengatakan pemerintah akan mengajukan rancangan undang-undang pada bulan Desember untuk memperkuat undang-undang tahun 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dan negara di Prancis.

Halaman:

Editor: Encep Faiz

Sumber: Daily Sabah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah