Para Ahli: Biden akan Bersikap Keras terhadap China, tetapi Kemungkinan Besar akan Batalkan Tarif

- 12 November 2020, 16:40 WIB
Joe Biden dan Kamala Harris, Presiden dan Wakil Presiden AS terpilih.
Joe Biden dan Kamala Harris, Presiden dan Wakil Presiden AS terpilih. /instagram.com/kamalaharris

MANTRA SUKABUMI - Presiden terpilih AS Joe Biden menghadapi sejumlah krisis di dalam negeri, seperti virus korona dan kejatuhan ekonomi yang menyusulnya, serta perpecahan partisan yang mendalam dan kerusuhan sipil. Keharusan domestik seperti itu menimbulkan keraguan tentang seberapa banyak yang dapat dilakukan Biden di bidang kebijakan luar negeri, terutama di Asia.

Tapi dia pasti akan bersikap keras terhadap China, ancaman utama bagi ekonomi AS, kata para ahli kepada The Korea Herald, dan dia kemungkinan akan melakukannya dengan membangun front persatuan sekutu dan mitra, daripada mengobarkan perang dagang seperti Presiden Donald saat ini. Trump telah selesai.

“Sementara Biden kemungkinan akan terus menekan China untuk mereformasi ekonominya dan menyamakan kedudukan, dia bukan penggemar proteksionisme, dan akan bekerja secara agresif untuk membatalkan tarif karena mereka kontraproduktif, dan mengakhiri perang perdagangan yang dimulai Trump, Evan Resnick, asisten profesor di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam Singapura, mengatakan dalam sebuah wawancara telepon, seperti dikutip mantrasukabumi.com dari The Korea Herald.

Baca Juga: Saling Tuding antara Megawati dan Fadli Zon Soal Jakarta, Jadi Mana Yang Amburadul?

Baca Juga: Kampanye ShopeePay Deals Rp1 Lebih Meriah di 11 November

Sementara setuju dengan Presiden AS Donald Trump bahwa China melanggar aturan perdagangan internasional, secara tidak adil mensubsidi perusahaan China, mendiskriminasi perusahaan AS dan mencuri kekayaan intelektual mereka, Biden mengatakan tarif Trump yang luas "tidak menentu" dan "merugikan diri sendiri."

Mantan senator AS selama 36 tahun itu malah menyerukan pembalasan yang ditargetkan terhadap China menggunakan undang-undang perdagangan yang ada dan menyatukan "demokrasi yang berpikiran sama".

“Kedua belah pihak memiliki minat yang kuat untuk mundur dari perang tarif yang merugikan diri sendiri karena ekonomi mereka terkait erat. Biden akan berusaha untuk menegosiasikan perbedaan yang tersisa seperti membuka pasar China untuk barang-barang AS, dan pencurian kekayaan intelektual, ”kata Resnick.

Joseph Chin Yong Liow, penasihat penelitian di RSIS, juga mengatakan bahwa pemerintahan Biden harus mempertimbangkan pengurangan tarif secara bertahap di China.

Halaman:

Editor: Emis Suhendi

Sumber: THE KOREA HERALD


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x