WHO Puji Penanganan TBC di Indonesia, Kenali Gejala dan Penyebab Tuberkulosis

25 Maret 2021, 10:27 WIB
Lambang WHO.* //Pixabay/Padrinan

MANTRA SUKABUMI - Bukan hanya pandemi Covid-19 yang sedang diperangi oleh Indonesia dan dunia, tapi penyakit menular ini sudah menjadi musuh dunia kesehatan sejak lama.

Menurut data WHO Global Tuberculosis Report 2020, diperkirakan jumlah kasus TBC di Indonesia mencapai 845.000 kasus dengan angka kematian sebanyak 93.000 kasus.

Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin mengungkap bahwa kasus tuberkulosis (TBC) yang terjadi di Indonesia cukup tinggi. Karena tingginya kasus itu, Ma'ruf meminta agar upaya penanganan TBC dilakukan dengan menggunakan pendekatan multisektoral dengan melibatkan seluruh jajaran pemerintah dan segenap lapisan masyarakat.

Baca Juga: Ada Diskon hingga 90% Plus Voucher, Belanja Termurah di Shopee Murah Lebay

Baca Juga: Ridwan Kamil Resmikan Jembatan 60 Miliar Rupiah, Penghubung Sukabumi-Cianjur

"Beban utama bagi negara akibat TBC ini adalah hilangnya produktivitas karena kelompok usia yang paling terdampak tuberkulosis adalah kelompok usia produktif," ujar Ma'ruf saat menyampaikan pidato peringatan hari tuberkulosis yang jatuh pada 24 Maret melalui konferensi video di Jakarta Pusat, Rabu, 24 Maret 2021.

Dikutip mantrasukabumi.com dari InfoPublik pada 25 Maret 2021, agar kasus TB bisa ditekan, Ma'ruf berharap, khususnya kepada dunia usaha dan akademisi agar berperan lebih aktif untuk menghasilkan inovasi-inovasi dalam penyediaan alat kesehatan dan pengobatan TBC dengan harga yang lebih terjangkau.

Menurut Director of the Global Tuberculosis (TB) Programme WHO Tereza Kasaeva, Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TBC terbesar di dunia. Namun, pemerintah telah mampu menangani penyakit ini dengan baik, khususnya pada saat pandemi COVID-19. "Kami sangat terkesan dengan kepemimpinan Indonesia," kata dia.

Baca Juga: Soroti Rencana Impor Beras, Mardani Ali Sera: Jangan Korbankan Petani, Kualitas dan Harga Mesti

Dalam laman resmi WHO disebutkan, peringatan Hari TB Sedunia yang diperingati setiap 24 Maret ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang konsekuensi kesehatan, sosial dan ekonomi dari tuberkulosis dan untuk meningkatkan upaya untuk mengakhiri epidemi TB global.

Peringatan hari tuberkulosis ini untuk mengenang penemuan Dr Robert Koch tentang bakteri penyebab TB itu. Bakteri itu adalah Mycobacterium tuberculosis.

Temuan yang terjadi pada 1882 itu akhirnya membuka jalan untuk mendiagnosis dan menyembuhkan penyakit ini.

Kala itu, TB memang tengah mewabah dan menyebar di wilayah Eropa dan Amerika. Penyakit ini menyebabkan kematian 1 dari 7 orang penderita.

Baca Juga: Cuaca Kamis 25 Maret 2021, BMKG Rilis 10 Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan dan Kilat

TB merupakan salah satu pembunuh menular paling mematikan di dunia. Pada peringatan hari tuberkulosis 2021 yang berbarengan terjadinya pandemi COVID-19 ini, WHO mengambil tema ‘The Clock is Ticking’ atau 'Jamnya Berdetak'.

Maknanya, dunia sudah kehabisan waktu untuk bertindak memberantas penyakit TBC secara global. Sebab, setiap hari hampir 4.000 orang meninggal karena TBC dan hampir 28.000 orang jatuh sakit karena penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan ini.

Terlebih lagi di kondisi saat ini, dengan adanya pandemi COVID-19 yang masih merebak di masyarakat, menjadi salah satu kendala untuk mencapai kemajuan dalam progres pemberantasan penyakit TBC.

Menurut WHO, setiap hari, hampir 4.000 orang meninggal karena TB dan hampir 28.000 orang jatuh sakit karena penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan ini.

Baca Juga: Ramalan 5 Zodiak Kesehatan Kamis 25 Maret 2021: Aries Butuh Perhatian, Virgo Akan Santai di Malam Hari

Baca Juga: Ternyata Menteri Sosial Sering Curhat ke Megawati, Tri Rismaharini: Jadi Menteri Tak Seindah yang Dibayangkan

Apa itu Tuberkulosis?

Pada umumnya, bakteri ini menyerang paru-paru, tapi bisa juga menyerang organ lain seperti limfadenitis TB (kelenjar getah bening), spondilitis TB (tulang belakang), ataupun peritonitis TB (perut).

Jika penyakit ini menyerang paru-paru, orang yang menderita biasanya mengalami berbagai gejala yang berhubungan dengan sistem pernapasan. Mulai dari gejala batuk, batuk darah, hingga nyeri dada atau rasa nyeri saat bernapas.

Penyakit ini lebih mudah menyerang orang yang menderita HIV, malnutrisi, diabetes, perokok, dan orang yang mengkonsumsi alkohol. Apabila TB tidak menyerang paru, pembengkakan kelenjar getah bening yang umumnya pada bagian leher, bisa disertai berat badan menurun, atau gejala penyerta sesuai organ yang terserang.

Misalnya nyeri tulang belakang dan timbul bagian yang bengkak pada bagian tulang belakang untuk penderita Spondilitis TB.

Upaya global untuk memerangi TB telah menyelamatkan sekitar 63 juta jiwa sejak tahun 2000.***

 

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh

Sumber: Info Publik

Tags

Terkini

Terpopuler