Berjemur Dapat Menangkal Virus Corona, Temuan Ilmuan Jadi Fakta Baru

- 12 Mei 2020, 02:00 WIB
Seorang ibu di Banyuwangi, Jawa Timur mengajak anaknya yang masih balita berjemur untuk menghindari penyebaran Covid-19
Seorang ibu di Banyuwangi, Jawa Timur mengajak anaknya yang masih balita berjemur untuk menghindari penyebaran Covid-19 //Slamet Riyadi for Ringtimes/PRMN/.*/Slamet Riyadi for Ringtimes/PRMN

MANTRA SUKABUMI - Pandemi global virus Corona baru (COVID-19) masih belum ada titik akan berakhir dalam waktu dekat.

Seluruh negara di dunia yang terpapar virus Corona terus berupaya memerangi penyebaaran dan penularan wabah penyakit mematikan ini.

Para ilmuan dan peneliti terus berjibaku mempelajari virus Corona baru ini, bagaimana virus menular, bagaiman virus berkembang, dan yang paling utama bagaimna virus ini dapat mati dan tak menjangkiti pada manusia.

Ada beberapa laporan menyebutkan bahwa manusia yang terpapar virus Corona itu dikarenakan tubuhnya kekurangan Vitamin D, sehingga rentan terjangkit virus.

Baca Juga: Berasa Tidak PSBB, Jalan Raya Siliwangi Palabuhanratu Macet

Dalam hal ini, para lmuwan tengah meneliti data global dari pandemi virus Corona dan menyimpulkan adanya korelasi kuat antara kekurangan Vitamin D dengan tingkat kematian. Seperti diketahui, Vitamin D banyak diperoleh dari paparan sinar matahari, termasuk dengan cara berjemur.

Dilansir dari situs Reuters, tim peneliti yang dipimpin oleh Northwestern University menganalis statistik data dari rumah sakit dan klinik di seluruh negara bagian Eropa, Barat, Amerika, Inggris dan sebagainya.

Mereka mencatat, bahwa pasien dari negara-negara dengan tingkat kematian Covid-19 yang tinggi, seperti Italia, Spanyol dan Inggris, memiliki tingkat konsumsi vitamin D yang lebih rendah.

Baca Juga: Update Covid-19 di Indonesia Senin (11/05/2020): Kasus Kematian Mendekati Angka 1000 orang

Kendati demikian, ini tidak berati bahwa setiap orang, terutama yang belum dipastikan kekurangan Vitamin D perlu mulai menimbun suplemen agar kebal dari corona.

Dilaporkan Medical Express, kepala peneliti, Vadim Backman dari Northwestern mengungkapkan kekurangan vitamin D mungkin berperan dalam mencegah kematian, namun tidak perlu dikonsumsi secara berlebihan.

Backman menegaskan penelitian ini perlu dikaji lebih mendalam, sebagai upaya meningkatkan minat peneliti untuk bergabung bersama, guna membuktikan korelasi kematian dengan kebutuhan akan Vitamin D.

Makalah penelitian ini tersedia di medRxiv, server pracetak untuk ilmu kesehatan.

Backman adalah profesor teknik biomedis di McCormick School of Engineering Northwestern.

Baca Juga: Umumkan Tambahan Kasus Baru, Tiongkok Hadapi Lanjutan Covid-19

Artikel ini telah tayang sebelumnya di laman PikiranRakyat-Cirebon.com dengan judul "Ilmuwan Temukan Fakta Baru, Anggapan Berjemur Bisa Tangkal Virus Corona Ternyata Ada Benarnya."

Ali Daneshkhah, rekan penelitian pascadoktoral di laboratorium Backman, adalah penulis pertama makalah ini.

Backman dan timnya terinspirasi untuk memeriksa kadar Vitamin D setelah mengetahui perbedaan tingkat kematian Covid-19 yang tidak dapat dijelaskan dari satu negara ke negara lainnya.

Beberapa orang berhipotesis bahwa perbedaan dalam kualitas layanan kesehatan, distribusi usia dalam populasi, tingkat pengujian atau jenis virus Corona yang berbeda, mungkin berpengaruh terhadap angka kematian. Namun, Backman tetap skeptis.

Baca Juga: Kabar Baik Demi Bantu Masyarakat Terdampak Covid-19, Gaji dan Tunjangan Anggota DPR RI Disumbangkan

"Tidak satu pun dari faktor-faktor ini yang tampaknya memainkan peran penting, sebaliknya, kami melihat korelasi yang signifikan dengan kekurangan Vitamin D," ujar Backman.

Dengan menganalisis data pasien yang tersedia untuk umum dari seluruh dunia, Backman dan timnya menemukan korelasi yang kuat antara kadar Vitamin D dan badai sitokin.

Badai sitokin adalah suatu kondisi peradangan yang disebabkan oleh sistem kekebalan yang terlalu aktif serta korelasi antara kekurangan Vitamin D dan kematian.

"Badai sitokin dapat sangat merusak paru-paru dan menyebabkan sindrom gangguan pernapasan akut dan kematian pada pasien," tuturnya.

Baca Juga: Pandemi Corona, Janda di Sukabumi Menurun

"Inilah yang tampaknya membunuh sebagian besar pasien Covid-19, bukan penghancuran paru-paru oleh virus itu sendiri. Ini adalah komplikasi dari salah arah sistem kekebalan tubuh," ujar Daneshkhah.

Sejak itulah, Backman percaya Vitamin D memainkan peran utama. Vitamin D tidak hanya meningkatkan sistem kekebalan tubuh bawaan kita, tetapi juga mencegah sistem kekebalan tubuh kita menjadi terlalu aktif. (Ayunda Lintang Pratiwi)**

Editor: Encep Faiz

Sumber: Pikiran Rakyat Cirebon


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x