Ibnu Mas'ud: Hindari Generasi Busuk, Yakni Orang yang Suka Caci Maki dan Menjelekan Satu Sama Lain

28 November 2020, 16:20 WIB
Ilustrasi seorang sedang memanjatkan doa. /PIXABAY/

 

MANTRA SUKABUMI - Ibnu Mas’ud atau dengan nama lengkap Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil bin Habib. Dia termasuk golongan pertama yang masuk Islam.

Jika Rasulullah bepergian, Ibnu Mas’ud selalu menemani, Ia sering masuk ke kamar Rasulullah mengurus tempat tidur Nabi SAW. Maka tak heran, jika sahabat Abu Musa al-Asy’ari pernah menduga Ibnu Mas’ud sebagai keluarga Nabi.

Ia merupakan sahabat Nabi yang memiliki keistimewaan karena suaranya yang merdu saat melantunkan ayat suci Al-Qur'an.

Baca Juga: ShopeePay Terima Penghargaan Marketeers Youth Choice: Brands of the Year 2020

Baca Juga: Cek Fakta: Tommy Soeharto Ancam yang Berani Ganggu FPI Akan Berhadapan dengan Keluarga Cendana

Ibnu Mas'ud juga merupakan seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang mumpuni dalam bidang ilmu hadits dan memiliki keimanan yang kuat dalam berislam.

Suatu ketika ia pernah berkata:

  يكون في أخر الزمان أقوام أفضل أعمالهم التلاوم بينهم يسمون الأنتان

Akan ada di akhir zaman suatu komunitas yang menganggap bahwa ibadah yang paling istimewa adalah menang caci maki, menjelekkan satu sama lain. Mereka itu disebut generasi busuk."

Kalimat Abdullah Ibnu Masud ini merupakan prediksi terhadap masa depan yang akan terjadi pada umat Islam.

Baca Juga: Inilah, 6 Dosa Orang Tua Terhadap Anak yang Paling Dibenci Allah SWT

Walaupun bukan seorang dukun atau peramal, hadits Nabi dan perkataan para sahabat serta ulama terdahulu banyak yang terbukti dan menjadi kenyataan.

Pada zaman yang disebut memiliki generasi busuk ini, Nabi juga sudah menyampaikan sabdanya bahwa  banyak umat yang tidak patuh dan menjauh dari para ulama sehingga Allah akan menurunkan tiga macam bencana kepada umat Islam.

Bencana pertama yakni diangkatnya keberkahan oleh Allah SWT dari setiap apa yang diusahakan oleh umat jenis ini. Banyak usaha-usaha yang dilakukan bukan menghasilkan hal positif namun sebaliknya hanya mendatangkan kesengsaraan dalam hidupnya.

Bencana yang kedua adalah munculnya para penguasa yang dzalim yang tidak amanah dalam mengemban tugasnya. Banyak orang berlomba-lomba memperebutkan jabatan dengan menghalalkan berbagai macam cara, obral janji tanpa bukti, yang pada akhirnya umat yang akan menanggung kesengsaraan.  

Bencana ketiga adalah umat tidak bersama para ulama ini akan meninggal dalam keadaan tidak membawa keimanan dan su'ul khatimah. Amal ibadah mereka pun tidak akan diterima oleh Allah dan akan menjadi ibadah yang sia-sia.

Baca Juga: Kibarkan Bendera Bintang Kejora, Mantan Ketua MPR: Harusnya Pasukan Khusus Fokus Kesana

Ketika melihat prediksi ini, semakin nyatalah apa yang disabdakan oleh Nabi dan perkataan dari Abdullah ibnu Mas'ud terjadi pada era saat ini.

Di tengah banjirnya informasi akibat perkembangan teknologi internet khususnya media sosial, dengan mudah kita jumpai orang yang menghujat, mencaci maki, dan mengeluarkan ujaran kebencian.

Ini bukan hanya dilakukan oleh orang awam yang tidak memahami dan terdidik dengan ilmu agama. Banyak orang yang mengaku ustadz, dan berasal dari keluarga terpandang dengan mudahnya mengumbar kata-kata yang tidak pantas di berbagai momen dan bisa di akses oleh masyarakat umum di mana pun dan kapan pun.

Dengan bangga dan mudahnya orang memberi stempel bahwa apa yang dilakukannya ini sesuai dengan tuntunan agama dan layak diperjuangkan sebagai wujud ibadah menegakkan agama Allah.

Ujaran kebencian dan propaganda selalu menjadi perhiasan mulut dan tingkah lakunya.   Padahal jelas, misi Nabi Muhammad diturunkan ke muka bumi ini untuk memperbaiki akhlak manusia.

Baca Juga: Dikawal FPI dan Banser saat Dakwah, Haikal Hassan: Nikmat Tiada Tara

Sebagaimana haditsnya:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَق “

Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak mulia.”

Tentu semua ini menyadarkan kita untuk senantiasa mengedepankan akhlak dalam segala aktivitas hubungan kita dengan orang lain.

Jangan sampai ilmu dipentingkan dari pada akhlak karena posisi akhlak berada di atas ilmu.

Jangan sampai Islam kita hanya mengedepankan tampilan fisik semata tanpa memperdalam esensi dari beragama itu sendiri.

Jika hal ini terjadi, Nabi pun telah mengingatkan bahwa suatu saat kondisi Islam hanya tinggal nama saja.

Orang banyak mengaku beragama Islam namun nilai luhur dari beragama dinafikan.

Baca Juga: Ternyata Alasan Ini yang Buat Prabowo Subianto Tidak Bisa Bicara pada Kasus Edhy Prabowo

Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Imam Baihaqi bersabda:

 يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لا يَبْقَى مِنَ الإِسْلامِ إِلا اسْمُهُ , وَلا يَبْقَى مِنَ الْقُرْآنِ إِلا رَسْمُهُ , مَسَاجِدُهُمْ يَوْمَئِذٍ عَامِرَةٌ , وَهِيَ خَرَابٌ مِنَ الْهُدَى , عُلَمَاؤُهُمْ شَرُّ مَنْ تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ , مِنْ عِنْدِهِمْ تَخْرُجُ الْفِتْنَةُ , وَفِيهِمْ تَعُودُ  

Artinya: “akan datang pada manusia di kala itu Islam tidak tinggal melainkan namanya dan Al-Qur'an tidak tinggal melainkan tulisannya, masjid-masjidnya bagus namun kosong dari petunjuk, ulamanya termasuk manusia paling jelek yang berada di bawah langit, karena dari mereka timbul beberapa fitnah dan akan kembali kepadanya.**

Editor: Robi Maulana

Tags

Terkini

Terpopuler