Bagaimana Muhammadiyah Menentukan 1 Ramadan dan 1 Syawal setiap Tahunnya?

11 April 2021, 18:49 WIB
Ilustrasi Bulan Ramadhan /Chiplanay / Pixabay/Jurnal Palopo

MANTRA SUKABUMI - Salah satu kebutuhan manusia dalah hidup bermasyarakat adalah metode penanggalan.

Penanggalan merupakan metode satuan ukuran waktu yang digunakan untuk mencatat berbagai peristiwa penting, metode-metode waktu itu antara lain hari, minggu, bulan, tahun, dan sebagainya.

Rahmadi wibowo S (anggota majelis tajdid PP muhammadiyah ) mengatakan bahwa,” pada garis besarnya ada dua macam metode penanggalan yaitu yang didasarkan pada peredaran bumi mengelilingi matahari yang dikenal dengan metode Syamsiyah/Solar metode dan yang didasarkan pada peredaran bulan mengelilingi bumi, yang dikenal dengan metode Qomariyah/Lunar Metode.

Baca Juga: ShopeePay Mantul Sale Ajak Masyarakat Lebih Cuan di Momen Gajian

Baca Juga: Kabar Gembira, Besok 12 April 2021 Pembuatan dan Perpanjangan SIM Bisa Melalui HP, Simak Langkah-langkahnya

Penanggalan (kalender) qamariyah sering disebut juga dengan kalender Islam, karena kalender ini secara resmi bagi ummat Islam digunakan bukan hanya untuk mencatat peristiwa penting saja, tapi punya hubungan erat dengan pelaksanaan ibadah,seperti pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh, pelaksanaan haji, peringatan hari-hari besar Islam , dan yang lainnya.

Kalender qamariyah atau kalender Islam juga sering disebut dengan kalender hijriyah, karena epoch yang digunakan dalam perhitungan kalender ini adalah saat hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari kota Makkah ke Madinah.

Sistem kalender hijriyah atau kalender Islam atau kalender qamariyah ini didasarkan pada siklus penampakan hilal atau peredaran bulan mengelilingi bumi, sebagai pelaksanaan hadits Nabi yang berbunyi:
                                           صوموا لرؤٌته وافطروا لرؤٌته فان اغمى علٌكم فاكملوا عدة سعبان ثالثلٌن
Artinya:

“Berpuasalah karena melihat hilal dan berhari rayalah karena melihat hilal.Jika hilal terhalang mega maka sempurnakanlah bulan Sya‟ban 30 hari.”(HR. Bukhari).

Baca Juga: Drama Dibalik Penampilan Cantik Ayu Dewi di Acara Atta dan Aurel: Aku Anaknya Susah Move On

Dengan melihat hadits tersebut, pada masa Rasulullah rukyatlah satu-satunya pedoman untuk menentukan awal bulan.Dengan kata lain umur bulan sya‟ban dan Ramadhan itu 29 hari atau 30 hari ditentukan dengan rukyat.

Apabila rukyat berhasil Pembinaan Administrasi Hukum dan PA,Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qomariyah,maka umur bulan 29 hari, dan apabila rukyat tidak berhasil maka umur bulan disempurnakan menjadi 30 hari.

Ketika pemahaman terhadap nash agama sudah berkembang dan para ulama pun sudah membuka diri untuk mempedomani hisab selain rukyat dalam penentuan awal bulan qamariyah maka penntuan awal bulan qamariyah tidak hanya dengan rukyat saja tetapi juga dengan hisab.

Metode hisab ini dari waktu ke waktu terus berkembang sehingga banyak metod-metode hisab bermunculan seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi,termasuk di Indonesia.Hisab yang berkembang di Indonesia terbagi pada tiga kelompok yaitu; hisab hakiki takribi, hisab hakiki tahkiki, dan hisab hakiki tadqiqi (kontemporer).

Baca Juga: Tampil Cantik di Sebuah Acara hingga Buat Susah Move On, Ayu Dewi: Kalau Move Forward sama Kamu, Aku Mau

 Baca Juga: Big Match Piala Menpora 2021, Link Live Streaming Persib vs Persebaya di Indosiar Malam ini Pukul 18.15 WIB

Perbedaan ketiganya selain ditandai dengan up to date atau out of date data yang dipakai juga ditandai dengan system perhitungan dan koreksinya. Perbedaan-perbedaan ini yang menyebabkan peerbedan hasil dalam penentapan awal bulan qamariyah.

Di Indonesia selain banyak metode yang berkembang juga banyaknya ormas-ormas Islam yang eksis dan berkembang,masing-masing ormas Islam memiliki masa atau warga dan kebijakan tersendiri. Dan ini juga ikut mewarnai terhadap perbedaan penetapan awal bulan qamariyah.

Sehingga sering terjadi perbedaan mengawali puasa Ramadhan dan berhari raya idul fithri dikalangan umat Islam Indonesia. Dapat dilihat dua tahun terakhir ini yaitu pada hari raya idul fitri tahun 1427 H dan 1428 H. hari raya idul fitri selalu berbeda.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh

Tags

Terkini

Terpopuler