Nasaruddin Umar: Arti, Hukum dan Fenomena Tasawuf di Kehidupan Modern dan Global

9 November 2020, 07:35 WIB
Nasaruddin Umar: Arti, Hukum dan Fenomena Tasawuf di Kehidupan Modern dan Global /ANTARA/BNPB./

MANTRA SUKABUMI – Pembaca yang budiman, kata tasawuf bagi orang dewasa mungkin bukan hal asing, namun sebalum mengamalkan tasawuf perlu kajian yang mendasar agar tidak mendapatkan pemahaman yang utuh.

Pada kajian awal ini akan dijelaskan arti, hukum dan fenomena amalan tasawuf di kehidupan modern dan di era global.

Fenomena Kajian dan pengamalan tasawuf semakin menjadi tren di sejumlah kota besar. Hal ini juga bukan hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga menjadi fenomena global. Tak heran jika ilmuwan dan praktisi tasawuf semakin mobile. Jaringan berbagai tarekat semakin mengglobal.

Baca Juga: Anies Baswedan Kembali Perpanjang PSBB Transisi, Terhitung Mulai Hari Ini Senin, 9 November 2020

Dikutip mantrasukabumi.com dari buku Tasawuf Modern, Prof. Dr Nasaruddin Umar, Republika Penerbit, 2014.

Pertanyaannya adalah mestikah manusia bertasawuf? Kalau itu mesti, mengapa kehidupan tasawuf dalam era permulaan Islam tidak begitu populer? Mengapa kajian tasawuf menjadi fenomena kelas menengah? Apakah fenomena ini hanya tren sesaat?

Apa itu Tasawuf?

Tasawuf merupakan bagian dari upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Imam al-Junaidi mengartikan Tasawuf, berakhlak mulia dan meninggalkan semua akhlak tercela.

Baca Juga: Amalkan 3 Doa Ini, Agar ketika Keluar Rumah Dilindungi dan Dicukupi Kebutuhan

Zakaria al-Anshari berpendapat tasawuf merupakan ilmu tentang kebersihan jiwa, perbaikan budi pekerti, serta pembangunan lahir dan batin guna memperoleh kebahagiaan abadi.

Jika fikih bertujuan untuk memperbaiki amal, memelihara aturan syar'i, dan menampakkan hikmah dari setiap hukum maka tasawuf bertujuan memperbaiki hati dan memfokuskannya hanya kepada Allah SWT.

Orang yang ahli fikih disebut faqih, jamaknya fuqaha'. Sedangkan ahli atau praktisi tasawuf biasa diartikan dengan sufi.

Baca Juga: Lamar Sekarang, Berikut Lowongan Kerja di Sukabumi Lulusan SMA/SMK sampai S1

Tasawuf terkadang sulit dijelaskan kepada orang-orang yang selalu mengedepankan logika dan pragmatisme. Tasawuf lebih merupakan ilmu personal. Dalam arti, tasawuf sulit dikenal dan dipahami bagi orang yang tidak mengalaminya.

Dengan kata lain, ilmu ini harus dialami sendiri jika ingin memahaminya. Ibarat mengajarkan manisnya gula, tidak mungkin memberikan penjelasan tanpa mencicipinya.

“Siapa saja yang bertasawuf tanpa berfikih, maka dia zindiq. Siapa saja yang berfikih tanpa bertasawuf, maka dia fasik. Siapa saja yang menggabung keduanya, maka dia akan sampai pada hakikat”, Imam Malik. **

Editor: Emis Suhendi

Sumber: buku Tasawuf Modern, Prof. Dr Nasaruddin Umar

Tags

Terkini

Terpopuler