Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah, Rahmat Allah Tidak Terbatas pada Hambanya

- 17 Februari 2021, 21:20 WIB
Jangan Berputus Asa Dari Rahmat Allah, Rahmat Allah Tidak Terbatas Pada Hambanya./
Jangan Berputus Asa Dari Rahmat Allah, Rahmat Allah Tidak Terbatas Pada Hambanya./ /Pixabay

MANTRA SUKABUMI - Rahmat Allah begitu luas dan tidak terbatas pada hamba nya, baik yang berada di langit maupun bumi, berputus asa dari rahmat Allah, adalah sikap yang tak patut, suatu sikap yang di katakan buruk.

Firman Allah Swt:

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًاۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

qul yā ‘ibādiyallażīna asrafū ‘alā anfusihim lā taqnaṭū mir raḥmatillāh, innallāha yagfiruż-żunūba jamī‘ā, innahū huwal-gafūrur-raḥīm

Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang."  Q.S Az-Zumar [39] : 53.

Baca Juga: Hari Single Sedunia, Saatnya Apresiasi Dirimu

Baca Juga: Tak Bisa Tidur Setelah Ditelepon Tentang Sosok Madam Bansos, Benny K Harman: Jangan Takut, Sembahlah Tuhanmu

Bersandar atas rahmat dan kemurahan Allah itu, menguatkan iman dan keyakinan, artinya tidak ada lagi sandaran bagi seorang hamba hanya Allah semata.

Kebanyakan hamba bersandar atas amalnya saja, hal ini hanya akan menimbulkan rasa bangga pada diri sendiri, banga akan diri sendiri itu merupakan akhlak buruk kepada Allah Swt, sifat ini dinamai takabur.

Firman Allah Swt:

وَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ تَرَى الَّذِيْنَ كَذَبُوْا عَلَى اللّٰهِ وُجُوْهُهُمْ مُّسْوَدَّةٌۗ اَلَيْسَ فِيْ جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْمُتَكَبِّرِيْنَ

wa yaumal-qiyāmati tarallażīna każabū ‘alallāhi wujūhuhum muswaddah, alaisa fī jahannama maṡwal lil-mutakabbirīn

"Dan pada hari Kiamat engkau akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, wajahnya menghitam. Bukankah neraka Jahanam itu tempat tinggal bagi orang yang menyombongkan diri? Q.S Az-Zumar [39] : 60

Sejatinya seorang hamba tidaklah tahu, apakah amalnya diterima atau tidak, baik ataukah buruk, apakah amalnya bernilai keikhlasan atau sebaliknya. karena itu, kita dianjurkan untuk meminta rahmat Allah dan selalu mengucapkan istighfar, karena Allah Maha pengampun dan Maha penyayang.

Baca Juga: Pecinta Kopi Wajib Tahu, 5 Manfaat Kopi Hitam Tanpa Gula untuk Kesehatan

Firman Allah Swt:

وَمَنْ يَّعْمَلْ سُوْۤءًا اَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهٗ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللّٰهَ يَجِدِ اللّٰهَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

wa may ya‘mal sū'an au yaẓlim nafsahū ṡumma yastagfirillāha yajidillāha gafūrar raḥīmā

"Dan barang siapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang". Q.S An-Nisa' [4] : 110

Syekh Ibnu Atha'illah dalam mutiara hikmah pertamanya berkata:

مِنْ عَلاَ مَةِ اْلاِعْـتِــمَادِ عَلَى الْعَمَلِ، نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُـودِ الزّ َلَلِ

"Setengah dari tanda-tanda seorang hamba yang senantiasa bersandar amalnya, adalah berkurangnya " الرجاء" (rasa pengharapan atas rahmat Allah) ketika ia tergelincir pada perbuatan yang salah".

Kata "الإعتماد" memiliki arti bersandar atau bergantung atas sesuatu, dan kata "العمل" memiliki arti perbuatan atau pekerjaan.

Maksud dari kata "الإعتماد على العمل" ialah seorang hamba tidak boleh bersandar atau bergantung kepada selain Allah, dalam setiap amal perbuatannya, hanya Allah sajalah tempat sandarannya.

Baca Juga: Siap Usahakan Penyaluran BLT BSU Ketenagakerjaan Gelombang 2, Begini Alasan Menaker Ida Fauziyah

Kata "الر جاء" adalah istilah khusus dalam terminologi agama, yang bermakna pengharapan kepada Allah tiada henti. Syeikh Ibnu Atha'illah menjelaskan:

Ketika seseorang berbuat salah, dan melakukan dosa, ia harus memiliki sifat Ar-raja dan jangan berpaling dari pengabdian-nya kepada Allah, teruslah berharap atas karunianya, dan lebih meningkatkan kedekatan dirinya kepada Allah.

Kata "وجود الزلل", artinya segala wujud yang akan hancur, atau fana, diartikan sebagai kesalahan, karena manusia cenderung mengikuti hawa nafsu dan syahwat, seseorang yang cenderung mengikuti hawa nafsu dan syahwatnya, maka ia akan terjerumus kepada Kehancuran.

Nafsu dan syahwat Itu semua adalah "وجود الزلل" yaitu wujud yang akan musnah, jika seorang hamba memiliki sifat "الخوف" yaitu rasa takut yang mendalam kepada Allah.

Perkara hal yang paling mahal dalam hal ini adalah menjaga hati, yaitu apa yang dicarinya dalam hidup? ridho Allah atau dunia yang fana ini.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ " لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ ؟ قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لاَ ، وَلاَ أَنَا، إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ

“Sungguh amal seseorang tidak akan memasukkannya ke dalam surga.”
Mereka sahabat bertanya:

Baca Juga: Awas, Bahaya Main HP Sambil Rebahan Dapat Rusak Penglihatan sampai Kena Kanker Mata

“Tidak pula-kah engkau ya Rasulallah?” Beliau menjawab:

“Tidak pula aku, hanya saja Allah meliputiku dengan karunia dan rahmat-Nya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Intisari mutiara hikmah 1

- Sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga kecuali dengan rahmat Allah semata. Dan di antara rahmat-nya adalah taufiq untuk beramal dan hidayah untuk taat kepada-nya. Karenanya, wajib atas kita bersyukur kepada Allah dan merendahkan diri.

- Tidak layak seorang hamba bersandar kepada amalnya untuk menggapai keselamatan dan mendapatkan derajat yang tinggi. Karena tidaklah dia sanggup beramal kecuali hanya dengan taufiq Allah.

- Seorang hamba tidak pantas membanggakan amal ibadahnya yang seolah-olah bisa terlaksana karena pilihan dan usahanya, terlebih lagi ada perasaan telah memberikan kebaikan untuk Allah.

- Sesungguhnya Allah Swt tidak membutuhkan amal ibadah hamba-hamba-nya. Ia maha kaya, tidak butuh kepada makhluk-Nya.

 

Semoga Allah melindungi kita dan menyelamatkan amal kita dari perasaan ujub dan takabbur, marilah kita meningkatkan ama sholeh dalam rangka meraih rahmat dan ampunannya. ***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah