Mereka orang-orang yang ditakdirkan oleh Allah Subhanahu WaTa’ala menjadi orang-orang yang kurang beruntung secara finansial.
Baca Juga: Anies Baswedan Dikunjungi Gubernur Sumatera Barat, Netizen: Presidenku dan Gubernur Provinsi Padang
Dengan merasakan hal yang sama yang mereka rasakan kita diajak untuk menjadi pribadi yang peduli, pribadi yang peka. Bukan hanya peka secara spiritual, tapi juga peka secara sosial dan emosional.
Lapar dan haus yang kita rasakan, setidaknya itu akan berakhir tatkala azan magrib berkumandang, namun bagaimana dengan mereka ? yang benar-benar tidak memiliki sesuatu yang dapat mengganjal perut mereka saat kelaparan, yang tidak dapat mengepulkan asap dapur saat anak-anak mereka merengek karena perut yang melilit akibat kosong tiada sesuatu yang dicerna.
الجُوْعُ الّذِي يَمُرُّ بِهِ الصَّائِمُ وَقْتُهُ مَعْلُوْمٌ
أَمَّا الْجُوْعُ الّذي يَمُرُّ بِهِ الْفَقِيْرُ فَوَقْتُهُ مَجْهُوْلٌ
“Lapar yang dirasakan oleh orang puasa itu waktunya diketahui
Sedangkan lapar yang dirasakan oleh orang fakir itu waktunya tak terbatas”.
Islam bukan hanya mengajak kita untuk turut sekedar merasakan, tapi juga memberikan solusi untuk mengentaskan kemiskinan atau setidaknya mengurangi beban mereka para fakir-miskin Yaitu dengan cara berzakat.