Hadits di atas menggambarkan sifat Rahman dan Rahimnya Allah Ta’ala. Maka, jika kelak manusia ringan timbangan amal kebajikannya, lalu ia dilemparkan ke neraka hawiyah, hal itu itu tiada lain karena kezalimannya sendiri yang terus menerus menumpuk kejelekan.
Sebaliknya, jika kelak manusia berat timbangan amal kebajikannya, lalu ia mendapatkan kehidupan yang memuaskan di surganya, hal itu tiada lain karena kasih sayang Allah Ta’ala yang telah melimpah kepadanya.
وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ
Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
نَارٌ حَامِيَةٌ
Yaitu api yang sangat panas.
Kata tanya ini untuk menanamkan kesan tentang kedahsyatan hawiyah; yaitu api yang berkobar dan sangat panas.
Mari kita renungkan penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang panasnya api neraka,
نَارُكم هذِه ما يُوقدُ بنُو آدمَ جُزْءٌ واحدٌ من سبعين جزءاً من نار جهنَّم
“Api yang dinyalakan oleh Ibnu Adam adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian dari panasnya api Jahannam. (H.R Imam Bukhari no. 3265 dan Imam Muslim no. 2834).***