"Anjing itu tidak pernah najis dalam semua periode. Sehingga dulu itu tidak asing orang memuji anjing Ashabul Kahfi. Memang tidak pernah ada masalah dengan anjing," tuturnya.
"Sampai periode sahabat dan tabi’in, rata-rata sahabat punya anjing. Bahkan, ada banyak sahabat punya keyakinan kalau anjing yang sudah merawat kambing seratus, maka satu kambing itu diberikan kepada anjing tersebut untuk dimakan," jelasnya.
"Hal ini karena (anjing) telah menjaga keutuhan kambing (dimakan) dari serigala," sambungnya.
"Nah, istilah yang dipakai Al-Qur’an pun begitu, wa mā ‘allamtum minal jawārihi mukallibīn (وَمَا عَلَّمْتُمْ مِنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِيْنَ)," paparnya.
"Kali ini kamu ngaji tafsir dan saya baca di depan kalian semua. Artinya saya jujur membacakan tafsirnya: ay al-kawāsib minal kilāb (اي الكواسب من الكلاب), yaitu hewan pemburu (terlatih) dari jenis anjing," katanya.***