Hukum Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW Sebagai Penegak Syiar Islam

- 7 November 2020, 15:45 WIB
Ilustrasi Masjid/ Maulid Nabi
Ilustrasi Masjid/ Maulid Nabi /mantrasukabumi.com/Andi Syahidan

MANTRA SUKABUMI - Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam beberapa waktu setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

Pada tanggal 12 Rabiul Awal penanggalan tahun Hijriah, Maulid Nabi Muhammad SAW diperingati oleh mayoritas penduduk muslim di dunia, termasuk Indonesia.

Namun mengenai hukum Perayaan Maulid Nabi, tidak dalam kategori terlarang dengan dasar syiar dan tidak bekaitan dengan ibadah mahdhah atau ritual peribadatan dalam syariat.

Baca Juga: Nikmati Makan Kenyang dan Hemat Dengan ShopeePay Deals Rp1

Baca Juga: Biden Pantas Jadi Presiden AS, Gaet Kamala Harris yang Turunan Asia Sampai Dekati Umat Islam

Dikutip mantrasukabumi.com dari hajinews.id, bahwa kebolehan memperingati Maulid Nabi Muhammad memiliki argumentasi syar’i yang kuat.

Seperti Rasulullah SAW merayakan kelahiran dan penerimaan wahyunya dengan cara berpuasa setiap hari kelahirannya, yaitu setiap hari senin Nabi SAW berpuasa untuk mensyukuri kelahiran dan awal penerimaan wahyunya.

عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الْإِثْنَيْنِ فَقَالَ” : فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ .” رواه مسلم

“Dari Abi Qotadah al-Anshori RA sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rasulullah SAW menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku”. (H.R. Muslim)

Halaman:

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah