Miris, Imbas Corona Pasutri Asal Cisolok Kehilangan Penghasilan, Dapat Makan dari Tetangga

- 11 April 2020, 11:43 WIB
Pasutri di Cisolok Tinggal di Rumah Reot. Foto:
Pasutri di Cisolok Tinggal di Rumah Reot. Foto: /istimewa

MANTRA SUKABUMI - Pasangan suami istri (Pasutri) Andi Saputra (49) dan Tuti Mulyati (37) warga Kampung Pasir Koet, RT 04 RW 07, Desa/Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, harus tinggal di rumah reot dan susah cari makan akibat dampak virus corona.

Selain tinggal di rumah yang tidak layak huni, barang hasil usaha mulung Andi pun tidak bisa terjual gegara adanya wabah virus corona.

"Suaminya mulung paku pake magnet, semenjak ada bencana Covid-19 ini hasilnya tidak ada yang beli, melihat kondisi mereka saat ini untuk makan saja susah, saya sama istri suka menyisihkan untuk mereka. Mengenai suaminya memang sakit, tenaganya berkurang, apalagi sekarang saya dengar pakunya tidak laku semenjak terjadi wabah corona ini," kata salah seorang tetangga Andi, Asep Nuryadin (40).

Baca Juga: Satu Korban Tenggelam di Laut Palabuhanratu Ditemukan

"Benar keluarga tersebut butuh bantuan khususnya dari pemerintah dan memang hasil mulung suaminya tidak bisa di jual," tegas Asep.

Asep mengatakan, dirinya terpanggil membantu pasutri tersebut setelah mendapatkan laporan dari istrinya.

Ia diberi tahu sang istri terdapat tetangganya yang sakit, Asep pun langsung melihat ke lokasi tempat tinggal pasutri tersebut, dan ternyata benar, bukan hanya suaminya yang sedang sakit, tapi kondisi rumahnya pun mengkhawatirkan.

Baca Juga: Tebing Setinggi 10 Meter Longsor Tutup Akses Jalan di Desa Sirnarasa Cikakak

"Rumah yang di tempatinya tidak layak, apalagi dihuni oleh lima kepala, baju berserakan dimana-mana. Setelah saya lakukan kordinasi dengan beberapa kawan, salah satunya Rumah Zakat, saya meminta solusi, saat ini untuk bantuan terkendala dari data diri, karena tidak punya KTP baru ada KK saja," terangnya.

Asep berharap, Pemerintah Desa bisa membantu kebutuhan dan perbaikan, terutama untuk pembuatan KTP Andi dan istrinya.

"Saya berharap pemerintah desa khususnya bisa membantu untuk kebutuhan dan perbaikan salah satunya pembuatan KTP, pemerintah bisa melihat dan membantu untuk kelayakan hidup keluargnya dan kepada para donasi saya berharap bisa memberi sedikit rezekinya," harapnya.

Baca Juga: Tinggal Ditengah area Persawahan Tanpa Penerangan, Kisah Kakek asal Cisolok Bertahan Hidup

Dilokasi yang sama Tuti Mulyati (37) mengakui bahwa keadaanya memang sangat susah, di tambah sekarang adanya wabah, sehingga membuat penghasilan keluarganya sangat minim.

Tuti juga mengaku bahwa untuk kebutuhan sehari-hari hanya mengandalkan dari hasil mulung paku dan kerja serabutan. Namun, saat ini paku hasil mulung tidak terjual semenjak merebaknya virus corona.

"Untuk sehari-hari hasil dari mulung paku sambil kerja serabutan. Tapi saat ini paku tidak ada yang nerima semenjak ada wabah corona, untuk makan berharap dari tetangga, yaitu pak Asep dan istrinya yang sering kesini, bahkan dia juga yang saat ini mengurus untuk saya mendapatt bantuan," katanya.

Baca Juga: Gadis Cantik ini Hilang Izin Mencari Kerja, Bagi yang Menemukan segera Hubungi Nomor Ini

 

Tuti dan Suami tinggal di rumah reot sejak 2016

Tuti menceritakan, sejak tahun 2016 dirinya bersama sang suami tinggal di kampung tersebut dengan menempati lahan mertua untuk dijadikan tempat tinggal. Namun, identitas Tuti tidak tercatat di kampung Pasir Koet, tapi masih tercatat di Cicantayan.

Tuti mengaku pernah membuat KTP baru, namun blanko KTP tidak ada, sehingga sampai sekarang ia tidak menerima bantuan dari pemerintah.

Dapur Rumah Tuti. Foto:
Dapur Rumah Tuti. Foto: istimewa

"Dulu pernah bikin tapi blankonya gak ada, sampai saat ini saya tidak menerima bantuan dari pemerintah. Sedangkan saya punya anak dua yang masih sekolah, yang paling besar kelas satu SMP, yang nomor dua kelas satu MI. Suami kadang bawa uang kadang tidak, kalau bawa uang pas-pasan itu pun saya syukuri, tapi tetap sedih," tuturnya.

Baca Juga: Satu Korban Tenggelam di Laut Palabuhanratu Ditemukan

Titih juga mengatakan, saat ini ia masih beruntung karena sekolah sedang diliburkan, namun ia masih harus tetap memikirkan biaya abudemen anaknya kepada tukang ojek yang belum dibayar sebelum sekolah diliburkan.

"Untung saja sekolah libur, abudemen anak saya yang anter sekolah yang nomor dua saja bulan kemarin belum di bayar, beruntung tukang ojeknya baik. Saya berharap ada dari pemerintah dan para donatur yang mau membantu keluarga saya," imbuhnya.*

Editor: Rizal

Sumber: Mantra Sukabumi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x