Mengejutkan Indonesia dan Israel Ternyata Miliki Hubungan, Muhammadiyah: Harusnya Jadi Penengah

13 Juni 2021, 20:42 WIB
Ketua Badan Pengurus LazisMu Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hilman Latief . /- Foto : Portal Jogja/Siti Baruni

MANTRA SUKABUMI - Ketua Lembaga Amal Zakat dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu) Prof Hilman Latief menyebut Indonesia dan Israel memiliki hubungan.

Karena itu, menurut Hilman Indonesia dapat memainkan peran sebagai penengah atas konflik Israel dan Palestina yang hingga kini belum juga usai.

Hilman menjelaskan hubungan Indonesia dan Israel berdasarkan sebuah artikel di Pedoman Masjarakat bertajuk "Yahudi dan Arab di Palestina, Pertarungan Kebangsaan" yang ditulis Haji Agus Salim pada tahun 1936.

Baca Juga: Gandeng Shopee, Ridwan Kamil Resmikan Pembangunan Shopee Center Guna Mempercepat UMKM Jabar Go Digital

"Jadi jauh sebelum 1948 (kemerdekaan Israel) dan jauh sebelum kita merdeka tahun 1945, Haji Agus Salim sudah menulis tentang itu. Ini menarik, saya kira ini informasi penting,” ujar Hilman Latief dalam Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah: Solusi Komprehensif Masalah Israel-Palestina seperti dikutip mantrasukabumi.com dari laman Muhammadiyah pada Minggu, 12 Juni 2021.

Hilman menjelaskan jika tulisan tersebut menandakan bahwa Indonesia sebelum kemerdekaannya telah memberikan respon terhadap konflik Palestina-Israel.

Hilman juga melanjutkan, dua tahun setelah itu, Haji Agus Salim kembali menulis artikel yang sekaligus mengoreksi tulisannya di Pedoman Masjarakat.

Baca Juga: Sayangkan Kericuhan Anggaran Alutsista Rp1.700 Triliun, Prabowo Subianto: Belum Disetujui, Dibikin Heboh

Dalam tulisannya yang terakhir itu, Haji Agus Salim menegaskan bahwa konflik Palestina-israel merupakan persoalan agama dengan menyinggung status kepemilikan masjid al-Aqsha.

“Ini informasi pra-kemerdekaan dan ini menjadi informasi buat kita bahwa sebetulnya koneksi kita dengan Palestina itu sudah lama, jauh sebelum 1948. Era Soekarno juga sama misalnya di Konferensi Asia Afrika tahun 1955,” lanjutnya.

Sementara pada masa Orde Baru lanjut Hilman, posisi Indonesia terhadap Palestina diistilahkan sebagai ‘a functional ambiguity’.

Hal tersebut karena belum jelasnya sikap Indonesia terhadap Palestina antara mendukung sepenuhnya atau hanya sebagai negara simpatisan semata.

Pasalnya, Indonesia mendukung proses perdamaian yang dilakukan PBB di Timur Tengah namun khusus kasus Palestina. Indonesia menolak mengirimkan bantuan militer sebagaimana yang diminta Mesir dan Syiria.

Baca Juga: Mengharukan, Anak Meninggalnya Karena Covid-19, Sang Mama Hanya Bisa Lihat dan Panggil Namanya

Selain itu, pada tahun 1979 pemerintah Indonesia secara diam-diam membeli 14 pesawat tempur dari Israel. Bahkan pada Tahun 1982 membeli hingga jutaan dolar.

“Pemerintah Indonesia sebenarnya memiliki hubungan dengan Israel, bahkan membeli senjata dari Israel, pesawat tempur. Tahun 1982 beli pesawat dari Israel jutaan dolar. Jadi kita dengan Israel punya suatu hubungan. Ini pada masa Orde Baru,” ungkap Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tersebut.***

Editor: Abdullah Mu'min

Tags

Terkini

Terpopuler