Fiersa Besari Ungkap Nasib Warga Negara yang Serba Salah Gunakan Hak Suara

1 Juli 2021, 08:00 WIB
Nasib Warga Negara, Fiersa Besari: Tiap Pemilu Diminta Suara, Giliran Bersuara Dibungkam./ /Instagram @fiersabesari/

MANTRA SUKABUMI -  Fiersa Besari yang merupakan seorang penulis sekaligus penyanyi yang memiliki hobi mendaki gunung tersebut, kembali menyoroti polemik yang terjadi saat ini.

Fiersa Besari kini mengungkap sebuah nasib menjadi warga negara, yang dikiranya sangat serba salah.

Menurut Fiersa Besari, nasib warga negara saat ini, sangat serba salah dalam menggunakan hak suara.

Baca Juga: Gandeng Shopee, Ridwan Kamil Resmikan Pembangunan Shopee Center Guna Mempercepat UMKM Jabar Go Digital

Ungkapan tersebut, ditulisnya melalui postingan di akun Twitter pribadinya @Fiersa Besari.

Dalam postingan tersebut tertulis, yang serba salah, jika pun diingatkan dengan baik, diberi saran, dikritik, disarkasin yang ada malah tersinggung.

Selanjutnya, Fiersa Besari mengungkap kembali jika dimaki, langsung bawa pasal.

"Diingetin baik-baik, tersinggung. Dikasih saran, tersinggung. Dikritik, tersinggung. Disarkasin, tersinggung. Dimaki, langsung bawa-bawa pasal," cuit Fiersa seperti dikutip mantrasukabumi.com dari akun twitter @FiersaBesari pada Kamis, 1 Juli 2021.

"Susah emang jadi warga negara," ujarnya.

Menurut Fiersa Besari berbeda hal jika saat musim pemilu, setiap warga diminta suaranya.

Namun jika giliran bersuara, suara warga malah dibungkam.

"Tiap pemilu diminta suaranya, giliran bersuara dibungkam," ungkapnya.

Soal budaya mengkritik, Presiden Jokowi telah memberikan tanggapannya soal kritik BEM UI padanya.

Presiden Jokowi menegaskan, kritik merupakan bentuk ekspresi mahasiswa yang diperbolehkan di negara demokrasi seperti Indonesia.

"Saya kira ini bentuk ekspresi mahasiswa dan ini negara demokrasi," ujarnya dikutip mantrasukabumi.com dari unggahan Instagram @sekretariat.kabinet pada 29 Juni 2021.

Baca Juga: Soal Jokowi yang Ingatkan Sopan Santun Saat Kritik, Fiersa Besari: Susah Emang Jadi Warga Negara

Maka dari itu, Presiden Jokowi tidak memperkenankan pihak universitas untuk membungkam suara-suara mahasiswanya.

"Jadi kritik itu boleh-boleh saja dan universitas tidak perlu menghalangi mahasiswa untuk berekspresi," lanjut Presiden Jokowi.

Kendati demikian, Presiden mengatakan bahwa kritik harus dalam bingkai sopan santun.

"Tapi juga ingat, kita ini memiliki budaya tata krama, memiliki budaya kesopansantunan," tuturnya.***

 

Editor: Abdullah Mu'min

Tags

Terkini

Terpopuler