Peneliti UI: Disiplin Menjalankan Physical Distancing, Skenario Covid-19 Berakhir 16 April

4 April 2020, 16:27 WIB
ILUSTRASI ilmuwan.* /PIXABAY/

MANTRA SUKABUMI - Belum berakhirnya pandemi covid-19, membuat resah dan khawatir masyarakat makin meluasnya wabah.

Tak luput para ilmuwan mengkaji sumber dan solusi pencegahan penyebaran virus agar cepat berakhir.

Sejumlah peneliti dari bidang keilmuan matematika di Universitas Indonesia melakukan pemodelan kondisi virus corona di Indonesia.

Sejumlah peneliti tersebut tergabung dalam Ikatan Alumni Departemen Matematika Universitas Indonesia (ILUNI) yang terdiri dari Barry Mikhael Cavin, Rahmat Al Kafi, Yoshua Yonatan Hamonangan, dan Imanuel M. Rustijono.

Penelitian tersebut menggunakan model Susceptible, Infected, Reported, dan Unreported (SIRU) yang merujuk pada sebuah penelitian mengenai kasus COVID-19 di Tiongkok.

Baca Juga: Kemenag : Tunda atau Jadwal Ulang Akad Nikah Selama Darurat Virus Corona

Barry menjelaskan berdasarkan metode yang digunakan, susceptible berarti situasi seseorang yang mungkin saja tertular dan ini bisa berlaku bagi siapa pun.

Lalu, infected berarti seseorang sudah terinfeksi namun belum menunjukkan gejala.

Sedangkan reported berarti seseorang terinfeksi, yang menunjukkan gejala dan sudah terlapor.

Sementara unreported berarti seseorang terinfeksi, tapi tidak melapor karena gejalanya ringan atau alasan lainnya.

Dikatakan Barry, melalui model SIRU kemudian dilakukan penghitungan yang memakai data kasus kumulatif dari tanggal 2 Maret sampai 29 Maret versi kawalcovid19.id.

Sejumlah peneliti dari bidang keilmuan matematika di Universitas Indonesia melakukan pemodelan kondisi virus corona di Indonesia.

Baca Juga: Warga Cibodas yang Meninggal Diantar Tim Medis dengan APD Lengkap Negatif Corona

Penelitian tersebut menggunakan model Susceptible, Infected, Reported, dan Unreported (SIRU) yang merujuk pada sebuah penelitian mengenai kasus COVID-19 di Tiongkok.

Sejumlah peneliti tersebut tergabung dalam Ikatan Alumni Departemen Matematika Universitas Indonesia (ILUNI) yang terdiri dari Barry Mikhael Cavin, Rahmat Al Kafi, Yoshua Yonatan Hamonangan, dan Imanuel M. Rustijono.

Barry menjelaskan berdasarkan metode yang digunakan, susceptible berarti situasi seseorang yang mungkin saja tertular dan ini bisa berlaku bagi siapa pun.

Barry menjelaskan bila per 1 April 2020 tidak ada kebijakan tegas dan strategis dalam mengurangi interaksi antarmanusia, maka puncak pandemi bakal terjadi pada 4 Juni dengan 11.318 kasus positif baru dan akumulasi kasus positif mencapai ratusan ribu kasus.

Baca Juga: Pemerintah dan DPR Rancang RUU dinilai Tak Ada Niat Baik pada Rakyat

Kemudian akhir pandemi akan berlangsung antara akhir Agustus dan awal September.

“Karenanya, semakin cepat interaksi antarmanusia (physical distancing) dikurangi, maka semakin baik untuk menekan banyak pasien positif baru per hari,” ucap Barry di akun instagramnya pada Rabu, 1 April 2020.

Barry menyampaikan Pada skenario kedua, bila per 1 April 2020 sudah ada kebijakan tetapi kurang tegas dan kurang strategis dalam mengurangi interaksi antarmanusia, serta masyarakat tidak disiplin menerapkan physical distancing, maka puncak pandemi akan terjadi pada 2 Mei.

Namun pada bulan tersebut sejumlah kasus akan ditemukan seperti 1.490 kasus positif baru dan akumulasi kasus positif mencapai 60.000 kasus.

Baca Juga: Geger Tim Medis dengan APD Lengkap Bawa Pulang Jenazah Warga Cibodas, Ini Faktanya

Kemudian, akhir pandemi akan berlangsung antara akhir Juni dan awal Juli.

Terakhir, Barry mengatakan pada skenario ketiga dalam penelitianannya menunjukkan bila per 1 April sudah ada kebijakan tegas dan strategis dalam mengurangi interaksi antarmanusia serta masyarakat disiplin menjalankan physical distancing, maka puncak pandemi akan terjadi pada 16 April.

Adapun kasusnya mencapai 546 kasus positif baru dan akumulasi kasus positif mencapai 17.000 kasus. Kemudian akhir pandemi akan berlangsung antara akhir Mei dan awal Juni.

Baca Juga: Raffi Ahmad Beli Bilik Disinfektan dalam Upaya Pencegahan COVID-19

Menurutnya semua skenario yang ada bersifat dinamis dan bergantung pada pemerintah dan masyarakat.

“Kebijakan pemerintah dan kedisplinan masyarakat akan sangat menentukan skenario mana yang akan terjadi. Kita semua tentu berharap skenario terbaik yang terjadi, bahkan jika mungkin lebih baik lagi,” kata Barry.**

Editor: Abdullah Mu'min

Sumber: Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler