Tanggapi Fenomena Habib Rizieq Shihab, Jimly Asshidiqie: Pemerintah Jangan Gunakan Ideologi Perang

20 November 2020, 10:35 WIB
Jimly Asshiddiqie. //Antara/Katriana /

MANTRA SUKABUMI – Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi RI, Jimly Asshidiqie menanggapi fenomena politik di Indonesia yang saat ini tampaknya terfokus pada sosok Habib Rizieq Shihab.

Jimly mengatakan, pemerintah patutnya menyelesaikan isu politik dan agama ini tanpa melahirkan konflik, serta menggunakan penyelesaian secara damai dan rukun.

Dirinya juga menyebut puncak fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun seluruh dunia. Ia memberikan contoh, di Amerika Serikat terjadi saat Donald Trump menggunakan isu rasial dalam kampanye politiknya. Selain itu, isu rasial juga terjadi di negara-negara Eropa seperti Norwegia, Swedia, serta yang paling ramai dibicarakan, kasus aksi teror yang terjadi di Prancis.

Baca Juga: Tips Handal Membuat PIN ShopeePay yang Aman untuk Menjaga Keamanan Akun

Baca Juga: Intelektual Muhammadiyah Sebut Habib Rizieq Politisasi Agama, TGB: Bagus Karena Ada Nilai Agama

“Puncaknya ya sekarang-sekarang ini. Di Amerika puncaknya Donald Trump, dengan politik rasialis dan diskriminatif. Di Norwegia, di Swedia, hal yang sama terjadi selama Covid, dan puncaknya, di Prancis kemarin. Ini fenomena yang mendunia,” ujar Jimly saat wawancara dengan Bambang Sadono.

Jimly juga menyebut fenomena yang terjadi di New Zealand beberapa bulan lalu, yakni penembakan terhadap umat muslim yang sedang melaksanakan shalat Jumat, sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari channel YouTube Inspirasi Untuk Bangsa.

“Bahkan di negeri yang damai di New Zealand pun, saking meluasnya ketakutan islamophobic itu, orang yang lagi shalat Jumat ditembakin oleh orang yang waras,” katanya.

“Ini terjadi di seluruh dunia karena perilaku umat Islam sendiri yang menakutkan, tapi orang tidak mau melihat kebelakang apa sebabnya. Sebabnya kan karena ketidak adilan, Timur Tengah dihancur leburkan, Palestina nggak beres-beres, maka muncul gelombang radikalisme dimana-mana,” tambahnya. 

Namun, Jimly mengatakan dengan terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat, ada peluang konflik Palestina dan Israel akan berakhir dengan cara rekonsiliasi antara dua negara tersebut. 

Baca Juga: Negara Bagian Georgia Mengkonfirmasi Kemenangan Biden Saat Selesaikan Audit Surat Suara

Dalam wawancara ini, dirinya juga menyinggung fenomena politik dalam negeri yang melibatkan Imam Besar organisasi Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.

Menurutnya, untuk penyelesaian kasus Imam Besar FPI tersebut, pemerintah butuh upaya menyatukan. Karena jika sampai terjadi pergesekan antara simpatisan Habib Rizieq Shihab dan pemerintah, sangat memungkinkan terjadi adanya radikalisme.

Jimly menekankan, pemerintah seharusnya menyikapi fenomena HRS melalui metode pendekatan, dengan menggunakan teologi dan ideologi yang menciptakan kedamaian dan kerukunan, bukan melahirkan konflik.

“Jadi, suasananya itu seperti perang. Maka menurut saya, menghadapi HRS ini jangan menggunakan ideologi dan teologi perang. Teologi dan ideologinya damai, mendamaikan dan merukunkan. Ini penting, kalau ideologi dan teologi perang, negara pasti menang,” tegasnya.

Baca Juga: Tanggapi Video Viral Kopasus TNI dan Kritisi Pemerintah Pusat, Fadli Zon: Merusak Nama Baik TNI

“Negara pasti menang menghadapi rakyatnya, apalagi menggunakan institusi dan mekanisme yang resmi, ya pasti menang,” pungkasnya.**

Editor: Emis Suhendi

Sumber: YouTube Inspirasi Untuk Bangsa

Tags

Terkini

Terpopuler