Sebut Bughot dan Kritik Berbeda, Kyai NU: Kritik Itu Tetap Diperintahkan dalam Agama Kita

- 19 Desember 2020, 20:47 WIB
Tangkap layar
Tangkap layar /twitter/@ldnu1926

MANTRA SUKABUMI - KH. Ahmad Ishomuddin yang merupakan Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengatakan bahwa bughot dengan kritik merupakan suatu hal yang berbeda.

Menurut KH. Ahmad Ishomuddin, bahwa Islam tetap mengajarkan umatnya untuk melakukan kritik kepada pemerintah.

Terdengar dengan jelas, dalam video yang diunggah akun Twitter Lembaga Dakwah PBNU pada Jumat, 18 Desember 2020, Kyai PBNU tersebut mengatakan, bahwa melakukan kritik masih dalam ranah amar ma'ruf dan nahi mungkar.

Baca Juga: Inalillahi, Gubernur Jawa Timur Khofifah Tiba-tiba Sampaikan Kabar Duka

Baca Juga: Kampanye ShopeePay Rp1 Cetak Rekor Baru, Lebih dari 100.000 Voucher Terjual pada 12 Menit Pertama

Hal tersebut disampaikan oleh KH. Ahmad Ishomuddin dalam acara diskusi online dengan tema 'Fatwa-Fatwa Nahdlatul Ulama Terkait Hubungan Antar Agama' pada Selasa, 15 Desember 2020.

"Melakukan bughot ini berbeda dengan melakukan kritik, kritik itu tetap diperintahkan di dalam agama kita,” ujar KH. Ahmad Ishomuddin.

"Dalam frame atau dalam rangka amar ma’ruf dan nahi munhkar," tambahnya, seperti dikutip mantrasukabumi.com dalam cuitan akun @ldnu1928 pada Sabtu, 19 Desember 2020.

Selanjutnya KH. Ahmad Ishomuddin atau yang sering dipanggil Kyai Ahmad, menjelaskan terkait Kritik yang baik kepada pemerintah seperti yang diajarkan agama Islam.

Menurut Kyai Ahmad, bahwa Kritik yang baik kepada pemerintah adalah kritik yang menggunakan kalimat santun dan tidak melanggar aturan agama.

"Tentu juga menggunakan kalimat-kalimat yang santun. Tidak menggunakan kalimat-kalimat yang keras, kalimat-kalimat yang melanggar aturan agama, seperti mencaci maki dan sebagainya,” tutur Kyai Ahmad.

Lebih lanjut, Kyai NU tersebut mengatakan bahwa kritik menggunakan kalimat seperti mencaci-maki merupakan bukan bagian dari jihad.

Baca Juga: Minta Amien Rais ke Laut Saja, Ruhut Sitompul: Sudah Bau Tanah, Siapa Kau?

Baca Juga: Tak Hanya Kanker Otak, Ternyata Main HP Terlalu Lama Bisa Sebabkan 7 Bahaya Ini

Kemudian, Kyai Ahmad menjelaskan terkait makna ‘jihad’ yang memiliki arti perang.

"Jihad yang bermakna perang itu hanya diperkenankan dalam situasi-situasi perang,” katanya.

“Untuk memerangi orang-orang kafir yang menyerang orang-orang Islam secara lebih dahulu,” ujarnya.

Selanjutnya, Kyai Ahmad menjelaskan terkait orang-orang kafir yang bisa diperangi oleh orang Islam.

"Tidak boleh orang Islam menyatakan perang kepada orang-orang yang tidak menyerang terlebih dahulu,” tuturnya.

“Oleh karena itu, orang-orang yang kafir itu boleh diperangi bukan karena kekafirannya. Akan tetapi, diperangi karena penyerangannya, diperangi karena sikap jahatnya kepada orang-orang Islam,” ujar Kyai Ahmad.

Baca Juga: Mengagumkan, Seluruh Gaji Ustadz Abdul Somad Sebesar 400 Juta dari Youtuber Disedekahkan

Di akhir video, Kyai PBNU tersebut mengatakan, bahwa ciri dari orang Ahlussunnah Wal Jamaah adalah memperkokoh persatuan.

Maka, lanjut Kyai Ahmad, siapa saja yang melakukan pemberontakan kepada pemerintah yang sah, sama dengan melanggar aqidah dan melanggar keyakinan agama.***

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah