SBY Beberkan 8 Pesan yang Dapat Diambil dalam Tragedi Demokrasi di Amerika Serikat

- 20 Januari 2021, 11:40 WIB
Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY Beberkan 8 Pesan yang Dapat Diambil dalam Tragedi Demokrasi di Amerika Serikat
Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY Beberkan 8 Pesan yang Dapat Diambil dalam Tragedi Demokrasi di Amerika Serikat /.*/Instagram @aniyudhoyono



MANTRA SUKABUMI - Presiden Republik Indonesia yang ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menanggapi terkait insiden demokrasi di Amerika serikat.

Beliau yang biasa disebut bapak demokrasi tersebut menyampaikan 8 pesan bagi pencinta demokrasi yang dapat diambil kesimpulan dari tragedi demokrasi di Amerika Serikat.

Hal ini disampaikan langsung oleh SBY melalui cuitan di akun Twitter pribadinya @SBYudhoyono pada Rabu 20 Januari 2021.

Baca Juga: Beli Paket Internet Lebih Menguntungkan dengan ShopeePay, Ikuti Langkah-Langkah Berikut Ini

Baca Juga: Raffi Ahmad Sampaikan Kabar Duka yang Mendalam: Turut Berduka

"Bagi para pencinta demokrasi, drama politik di AS saat ini dapat dipetik pelajarannya," tulis SBY, seperti dikutip mantrasukabumi.com pada cuitan akun Twitter @SBYudhoyono pada Rabu 20 Januari 2021.

SBY menyebutkan ada 8 pesan yang bisa dijadikan pelajaran terkait demokrasi, yakni sebagai berikut:

Pertama, sistem demokrasi tidaklah sempurna, terutama implementasinya. Ada wajah baik dan wajah buruk dalam demokrasi. Namun, tidak berarti sistem otoritarian dan oligarki lebih baik.

Kedua, di era "post-truth" politics, ucapan pemimpin (presiden) harus benar dan jujur. Kalau tidak, dampaknya sangat besar. Ucapan Trump bahwa pilpresnya curang (suaranya dicuri) timbulkan kemarahan besar pendukungnya. Terjadilah serbuan ke Capitol Hill yang coreng nama baik AS.

Baca Juga: Lama Tak Muncul, Tiba-Tiba Yati Oktavia Sampaikan Kabar Duka: Selamat Jalan Sahabat

Baca Juga: Anies Baswedan Disebut Kembali Maju pada Pilkada 2022 atau 2024, Ferdinand: Yakin akan Tumbang

Ketiga, "post-truth politics" (politik yang tidak berlandaskan pada fakta), termasuk kebohongan yg sistematis dan berulang, pada akhirnya akan gagal. Pemimpin akan kehilangan "trust" dari rakyatnya, karena mereka bisa bedakan mana yg benar (faktual) dengan yang bohong (tidak faktual).

Keempat, tiap pemilu ada yang menang, ada yang kalah. Meskipun berat dan menyakitkan, siapapun yang kalah wajib terima kekalahan dan ucapkan selamat kepada yang menang. Itulah tradisi politik dan norma demokrasi yang baik. Sayangnya, sebagai champions of democracy, ini tdk terjadi di AS skrg.

Kelima, kali ini pergantian kekuasaan yg damai (smooth & peaceful) tak terjadi di AS. Transisi kekuasaan dibarengi luka, kebencian dan permusuhan. Ini petaka bagi AS yang politiknya terbelah (deeply divided). Energi Biden bisa habis untuk satukan AS hadapi tantangan ke depan.

Baca Juga: Temui Tokoh Kharismatik Ini, Wishnutama: Sejak Dulu Saya Memang Penggemar Beratnya

Baca Juga: Bocoran Sinopsis Ikatan Cinta Episode Hari Ini Selasa, 19 Januari 2021, Andin Memilih Tinggalkan Al

Keenam, jelang pelantikan Biden, Washington DC mencekam, banyak barikade dan dalam pengamanan ketat 25.000 tentara. Siapa ancamannya ? Kali ini bukan musuh dari luar, seperti biasanya, tapi "teroris domestik". Ini titik gelap dalam sejarah AS. Juga warisan buruk yang ditinggalkan Trump.

Ketujuh, setiap krisis selalu ada pahlawannya. Saya respek kepada Wapres Mike Pence yg tunjukkan karakter kesatrianya dengan menerima hasil Pilpres yang lalu meskipun kalah. Dia tolak “perintah” Trump untuk ubah hasil pemilu karena tak berdasar. Dia hormati konstitusi dan demokrasi.

Kedelapan, Pence bukan tipe yang haus kekuasaan. Dia tak memanfaatkan kesempatan untuk ambil alih kepemimpinan meskipun diminta secara resmi oleh DPR AS (sesuai amandemen ke-25 konstitusi AS). Pence menolak, karena bukan itu yg terbaik bagi bangsa AS.***

Editor: Encep Faiz


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x