Benarkan Analisis SBY, Hidayat Nur Wahid: Demokrasi Bukan Tuhan Apalagi Hantu

- 21 Januari 2021, 07:55 WIB
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid.
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid. /ANTARA/Indrianto Suwarso/

MANTRA SUKABUMI - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid membenarkan analisis Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal kondisi demokrasi di Amerika Serikat akhir-akhir ini.

Hidayat Nur Wahid menyebut bahwa demokrasi sebagaimana dipertontonkan di AS belakangan ini, makin membuka tabirnya seakan terbukti demokrasi bukan Tuhan apalagi hantu.

Hal tersebut diungkapkan Hidayat Nur Wahid melalui akun twitter pribadinya pada 21 Januari 2021.

Baca Juga: Heboh, Beredar Foto Luna Maya Tengah Berduaan dengan Pria Bertopi di Kafe

Baca Juga: Tak Hanya Batu Ginjal, Bahaya Mie Instan Ternyata Bisa Sebabkan 6 Penyakit Berbahaya Lainnya

"Betul Bapak", cuit Hidayat Nur Wahid seperti dikutip mantrasukabumi.com dari akun twitter @hnurwahid pada Kamis, 21 Januari 2021.

Betul Bapak. Demokrasi sebagaimana dipertontonkan di AS belakangan ini, makin membuka tabirnya, sekalipun tetap saja jatidiri demokrasi bukanlah “democrazy”. Demokrasi juga bukan “Tuhan” apalagi “hantu”. Demokrasi adalah sarana kemanusiaan unt hadirkan kemaslahatan bersama. https:/t.co/2GaRfPSKPe

— Hidayat Nur Wahid (@hnurwahid) January 20, 2021 ">

"Demokrasi sebagaimana dipertontonkan di AS belakangan ini, makin membuka tabirnya, sekalipun tetap saja jatidiri demokrasi bukanlah “democrazy", tulis Mantan Ketua MPR RI itu.

Politisi PKS itu juga menyebut bahwa Demokrasi bukanlah tuhan apalagi hantu, Demokrasi adalah sarana kemanusiaan unt hadirkan kemaslahatan bersama.

"Demokrasi juga bukan “Tuhan” apalagi “hantu”. Demokrasi adalah sarana kemanusiaan unt hadirkan kemaslahatan bersama", pungkasnya.

Sebelumnya, Jelang pelantikan Joe Biden Amerika Serikat memanas, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan 8 pelajaran penting atas kondisi tersebut.

SBY menyebut bahwa Washington DC mencekam, banyak barikade dan dalam pengamanan ketat 25.000 tentara.

Baca Juga: Kejutkan Publik Calon Kapolri Komjen Listyo Sigit Sebut Kitab Kuning Penangkal Paham Teroris

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta RCTI Kamis 21 Januari 2021, Gawat Papa Surya Bawa Surat Cerai Andin dan Al

Namun bagi para pencinta demokrasi, drama politik di AS saat ini dapat dipetik pelajarannya.

Hal itu disampaikan SBY melalui akun twitter pribadinya pada 20 Januari 2021.

"Pertama, sistem demokrasi tidaklah sempurna, terutama implementasinya. Ada wajah baik & wajah buruk dalam demokrasi. Namun, tidak berarti sistem otoritarian & oligarki lebih baik", cuit SBY seperti dikutip mantrasukabumi.com dari akun twitter @SBYudhoyono pada Selasa, 20 Januari 2021.

Bagi para pencinta demokrasi, drama politik di AS saat ini dapat dipetik pelajarannya. Pertama, sistem demokrasi tidaklah sempurna, terutama implementasinya. Ada wajah baik & wajah buruk dalam demokrasi. Namun, tidak berarti sistem otoritarian & oligarki lebih baik. *SBY*

— S. B. Yudhoyono (@SBYudhoyono) January 20, 2021 ">

"Kedua, di era "post-truth politics", ucapan pemimpin (presiden) hrs benar & jujur. Kalau tidak, dampaknya sgt besar. Ucapan Trump bhw pilpresnya curang (suaranya dicuri) timbulkan kemarahan besar pendukungnya. Terjadilah serbuan ke Capitol Hill yg coreng nama baik AS", kata SBY.

SBY juga menyebut jika seorang pemimpin melakukan suatu kebohongan berulang, makan akan kehilangan kepercayaan.

"Ketiga, "post-truth politics" (politik yg tdk berlandaskan pada fakta), termasuk kebohongan yg sistematis & berulang, pada akhirnya akan gagal. Pemimpin akan kehilangan "trust" dari rakyatnya, krn mereka bisa bedakan mana yg benar (faktual) dgn yg bohong (tdk faktual)", tulis SBY.

Baca Juga: Refly Harun Anggap Radikalisme dan Terorisme Bukan Musuh Utama, Ferdinand: Makin Konyol Berpendapat

Baca Juga: 5 Manfaat Jengkol untuk Kesehatan Tubuh, Salah Satunya Menguatkan Tulang dan Gigi Anda

Lebih lanjut, SBY mengatakan bahwa dalam setiap kompetisi pasti ada yang menang dan kalah, meski berat, siapapun yang kalah sudah seharusnya menerima kekalahan dan mengucapkan selamat kepada yang menang.

"Keempat, tiap pemilu ada yg menang, ada yg kalah. Meskipun berat & menyakitkan, siapapun yg kalah wajib terima kekalahan & ucapkan selamat kpd yg menang. Itulah tradisi politik & norma demokrasi yg baik. Sayangnya, sbg champions of democracy, ini tdk terjadi di AS skrg", katanya.

"Kelima, kali ini pergantian kekuasaan yg damai (smooth & peaceful) tak terjadi di AS. Transisi kekuasaan dibarengi luka, kebencian & permusuhan. Ini petaka bagi AS yg politiknya terbelah (deeply divided). Energi Biden bisa habis utk satukan AS hadapi tantangan ke depan", ujar SBY menambahkan.

SBY juga menjelaskan bahwa sebagaimana diketahui jelang pelantikan Joe Biden, Washington DC mencekam, banyak barikade dan dalam pengamanan ketat.

"Keenam, jelang pelantikan Biden, Washington DC mencekam, banyak barikade & dlm pengamanan ketat 25.000 tentara. Siapa ancamannya ? Kali ini bukan musuh dr luar, spt biasanya, tapi "teroris domestik". Ini titik gelap dlm sejarah AS. Juga warisan buruk yg ditinggalkan Trump", ujarnya.

Baca Juga: Saksikan Tayangan Ikatan Cinta dan Dunia Terbalik, Jadwal Acara TV di RCTI Hari Ini 21 Januari 2021

Namun Presiden ke 6 itu juga mengatakan dalam setiap krisis selalu ada pahlawannya, dirinya respek pada Wapres Mike Pence yang menunjukkan karakter kesatria dengan menerima hasil Pilpres lalu meskipun kalah.

"Ketujuh, setiap krisis selalu ada pahlawannya. Saya respek kpd Wapres Mike Pence yg tunjukkan karakter kesatrianya dgn menerima hasil Pilpres yg lalu meskipun kalah. Dia tolak “perintah” Trump utk ubah hasil pemilu krn tak berdasar. Dia hormati konstitusi & demokrasi", kata SBY.

"Kedelapan, Pence bukan tipe yg haus kekuasaan. Dia tak memanfaatkan kesempatan utk ambil alih kepemimpinan meskipun diminta secara resmi oleh DPR AS (sesuai amandemen ke-25 konstitusi AS). Pence menolak, karena bukan itu yg terbaik bagi bangsa AS", pungkas SBY.***

Editor: Abdullah Mu'min


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah