Soal Pemerintah Impor Gula 2021, Faisal Basri: Manisnya Gula hingga Dapat Rente Triliunan

- 6 April 2021, 11:17 WIB
Ekonom senior Faisal Basri.*
Ekonom senior Faisal Basri.* //ANTARA

Ironisnya, negeri subur dengan ungkapan “gemah ripah loh jinawi,” sejak 2016 menjadi pengekspor gula terbesar sejagat.

Baca Juga: Tanggapi Said Aqil Soal Dosen Tidak Perlu Banyak Ajar Aqidah, Syamsi Ali: Cara Berfikir ini Kontra Logika

"Memang produksi gula nasional turun, namun hanya 100 ribu ton, dari 2,23 juta ton tahun 2019 menjadi 2,13 juta ton tahun 2020. Jadi jauh lebih kecil daripada kenaikan volume impor yang mencapai 1,45 juta ton," ucap Faisal Basri.

Keran impor dibuka lebar-lebar oleh pemerintah boleh jadi untuk meredam lonjakan harga rata-rata yang sempat menembus Rp15.000/kg pada April 2020, bahkan di beberapa daerah mencapai Rp22.000/kg.

Padahal harga eceran tertinggi (HET) yang dipatok pemerintah sebesar Rp12.500/kg. Boleh jadi pula karena stok gula menipis, meskipun Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menyatakan stok gula pada awal tahun 2020 sebanyak 1,35 juta ton sudah mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat hingga musim giling mendatang.

Berdasarkan laporan USDA, stok gula Indonesia pada September 2019 sebesar 2,30 juta ton, sedangkan pada September 2020 sebesar 1,95 juta ton.

Kesenjangan harga eceran dibandingkan dengan harga gula dunia kian melebar. Pada awal 2012 harga eceran di Indonesia 2,3 kali lebih tinggi dari harga dunia. Pada pertengahan 2016 naik menjadi 2,8 kali.

Baca Juga: Sentil Mendagri Tito Karnavian, Natalius Pigai: Papua Phobia dan Rasisme

Demikian pula pada awal 2021. Kesenjangan paling lebar terjadi pada April 2020 yaitu 4,4 kali. Lonjakan harga eceran kala itu justru terjadi ketika harga dunia mengalami penurunan.

"Rente Luar Biasa Nan Menggiurkan," tutur Faisal Basri.

Halaman:

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah