MANTRA SUKABUMI - Ali Mochtar Ngabalin dan Abdullah Hehamahua saling serang terkait pernyataan Ketua Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) 6 laskar (FPI) Abdullah Hehamahua pertemuannya dengan Joko Widodo dianggapnya seperti pertemuan Musa dan Fir'aun.
Sontak hal ini membuat staf ahli KSP Ali Mochtar Ngabalin meradang, yang akhirnya menyebut Hehamahua sebagai teroris.
Baca Juga: Pangdam IX Udayana dan Shopee Indonesia Bantu Tuntaskan Krisis Air Bersih di NTT
Baca Juga: Tak Disangka, Saat di Persidangan Habib Rizieq Shihab Kedatangan Sosok Waliyullah Guru Mulia
Pernyataan Ngabalin ini dibalas oleh Abdulah Hehamahua dengan menyebut Ngabalin lebih teroris.
Aksi saling serang antara Staf Ahli KSP dan Ketua TP3 terbunuhnya laskar FPI mendapat tanggapan dari pengamat politik dan pakar hukum tata negara Refly Harun.
Menurut Refly, saling melemparkan kritik merupakan salah satu cara untuk menjaga iklim demokratis.
“Mereka adalah tokoh publik dan saya kira adu kritik di antara mereka berdua adalah sesuatu yang harus kita terima sebagai sebuah kewajaran,” ujar Refly Harun, dikutip mantrasukabumi.com dari video yang diunggah di kanal Youtube, Senin, 19 April 2021.
Baca Juga: Sangat Ketakutan, Joseph Paul Zhang Catut Nama Kapolri dalam Kasusnya, dr Lisa: Apa Hubungannya?