Rela Mohon hingga Nangis pada Jokowi, Susi Pudjiastuti: Bila Impor 3jt Ton, Garam Petani Tak akan Laku

- 22 April 2021, 07:01 WIB
Susi Pudjiastuti
Susi Pudjiastuti /Instagram/@susipudjiastuti115

MANTRA SUKABUMI -  Mantan Menteri Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP RI), Susi Pudjiastuti menangapi soal rencana impor garam yang akan dilakukan pemerintah Jokowi.

Susi Pudjiastuti rela memohon hingga menangis pada Jokowi, karena menurutnya bila impor 3jt ton, garam Petani tidak akan laku.

Susi Pudjiastuti mengungkapkan hal tersebut sebagaimana terjadi dua tahun terakhir pada jabatan Jokowi.

Baca Juga: Ada Diskon hingga 90% Plus Voucher, Belanja Termurah di Shopee Murah Lebay

Baca Juga: Kecewa Kapal Selam KRI Nanggala-402 Hilang, Ahli Telematika: Malah Ikutan Harun Masiku

"Bila Impor 3 jt Ton maka garam petani tidak akan laku lagi seperti 2 tahun terakhir," cuit Susi Pudjiastuti seperti dikutip mantrasukabumi.com pada Kamis, 22 April 2021.

Susi meminta pada Presiden Jokowi agar jumlah impor garam diturunkan paca angka 2,1jt ton saja.

"Tolonglah Pak @jokowi, kembalikan jumlah impor ke angka 2.1 jt ton saja," tulisnya.

"Supaya Garam konsumsi bisa memakai garam petani, mohon dipikirkan nasib mereka," ujarnya.

Sebelumnya, pemerintah berencana hendak melakukan impor garam sebanyak 3 juta ton.

Baca Juga: Saat Sholat Berjamaah, Apakah Makmum Ikuti Bacaan Imam atau Hanya Diam Saja? Ini Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

Hal tersebut menuai pro dan kontra di masyarakat, Di satu sisi pemerintah beralasan impor garam dibutuhkan untuk kebutuhan industri.

Sebab garam produksi dalam negeri belum bisa memenuhi standar mutu yang dibutuhkan industri.

Namun Di sisi lain petambak berteriak menolak hal tersebut, karena menyebut stok garam tahun lalu saja belum terserap semua.

Sementara Komisi Pengawas Persaingan Usaha atau KPPU yang ikut mengamati persoalan tersebut angkat suara.

KPPU satu suara dengan para petambak bahwa kuota impor garam yang ditentukan pemerintah tahun ini dikhawatirkan bakal berakhir mubazir, terutama bila diamati dari sisi kebutuhan sektor industri pengolahannya.

Baca Juga: Wow Harga Fashion Head to Toe Nagita Slavina Bisa Buat THR Sekampung

Berdasarkan data yang dihimpun KPPU, pertumbuhan sektor industri pengolahan tahun ini diprediksi masih di bawah pertumbuhan sebelum pandemi atau tahun 2019.

Pertumbuhan sektor industri pengolahan tahun ini diyakini hanya naik antara 2,49-3,1%, Sedangkan, tahun 2019 lalu mencapai 3,8%.

Logikanya, dengan pertumbuhan sebesar itu, kebutuhan garam industri tahun 2019 akan lebih banyak dari tahun 2021.

Namun di tahun tersebut, Indonesia hanya mengimpor 2,5 juta ton garam, dan industri pengolahan cukup-cukup saja dengan stok tersebut.

Rekomendasi tahun ini yang mencapai 3 juta ton garam tentu berpotensi berlebih dan akhirnya bisa saja masuk ke pasar garam rakyat. Dari situlah sumber masalah bisa muncul.

Baca Juga: Nekat Mudik Lebaran 2021, ini Sanksi yang Disiapkan Polri bagi Masyarakat yang Melanggar

Demikian pula dengan prediksi kebutuhan garam yang sebanyak 4,6 juta ton tahun 2021. Prediksi itu dikhawatirkan overestimasi.

Sementara Menurut KPPU, perkiraan kebutuhan garam 4,6 juta ton itu bisa saja keliru. Mengingat saat ini masih pandemi, kebutuhan akan garam tak mungkin bisa melonjak dibanding tahun lalu.

Akan tetapi, prediksi 4,6 juta ton gram itu meningkat sebanyak 4,7% dari proyeksi kebutuhan garam 2020. Padahal belum tentu kebutuhan garam tahun ini lebih besar dari tahun lalu.

"Penetapan kebutuhan garam 4,6 juta ton tahun ini dan alokasi impor 3 juta ton berpotensi over estimasi," ujar Direktur Kebijakan Persaingan KPPU Taufik Ahmad dalam konferensi pers virtual.

Baca Juga: Selain AHY dan Gatot Nurmantyo, ada 6 Tokoh Lain yang Menjadi Calon Potensial pada Pemilu 2024 Mendatang

Hal lain yang perlu diperhatikan pemerintah adalah terkait proses importasinya. Pemerintah menyerahkan wewenang kepada para pelaku usaha untuk melakukan impor garam sesuai alokasi kuota yang ditetapkan untuk kebutuhan dalam negeri.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah