Dari Ngawi Anies Baswedan Nostalgia ke Desa Tegalsari Ponorogo: Inilah Cikal Bakal Pondok Pesantren

- 27 April 2021, 11:48 WIB
Dari Ngawi Anies Baswedan Nostalgia ke Desa Tegalsari Ponorogo: Inilah Cikal Bakal Pondok Pesantren./
Dari Ngawi Anies Baswedan Nostalgia ke Desa Tegalsari Ponorogo: Inilah Cikal Bakal Pondok Pesantren./ /Instagram.com/@aniesbaswedan


MANTRA SUKABUMI - Setelah mengunjugi Kabupaten Ngawi Jawa Timur, Gubernur Jakarta Anies Baswedan berkesempatan mampir ke Desa Tegalsari Ponorogo.

Hal itu dilakukan Anies Baswedan dalam rangka memenuhi keinginan lamanya untuk ziarah dan silaturahmi ke Desa Tegalsari, Ponorogo.

Hal itu Anies Baswedan ungkapkan pada akun facebook pribadinya, ia menyempatkan mengunjungi tempat yang sempat diamanahkan kepadanya pada 2009 lalu.

Baca Juga: ShopeePay Mantul Sale Ajak Masyarakat Lebih Cuan di Momen Gajian

Baca Juga: Muak dengan Kebijakan Pemerintah, dr Tirta: Sekarang Saya Hanya Perioritaskan Keluarga, Teman dan Pegawai Saya

"Keinginan lama itu akhirnya tertunaikan: ziarah dan silaturahmi ke Desa Tegalsari, Ponorogo," ucap Anies, sebagaimana dikutip mantrasukabumi.com dari akun Facebook @AniesBaswedan, pada Selasa, 27 April 2021.

Seperti diketahui sebelumnya Anies pergi ke Kab. Ngawi untuk Kegiatan Kerjasama Ketahanan Pangan Jakarta sehingga memberikan kesempatan ia untuk mampir ke Ponorogo.

Ia menyampaikan bahwa di tahun 2009, menerima amanah untuk memanfaatkan dan mengurus sebuah Joglo yang usianya lebih dari 300 tahun.

"Sejak itu berkeinginan untuk bisa menjenguk lokasi asalnya yaitu Desa Tegalsari," ungkap Anies.

Ia memaparkan Joglo yang diamanahkan itu adalah warisan dari keluarga ulama besar Kyai Ageng Muhammad Besari (wafat 1747M) yg merintis padepokan Gebang Tinatar sekitar tahun 1700an. Pusat pendidikan agama ini lalu membesar & berperan sentral di masanya.

Dari keturunan Kyai Ageng Besari dan dari pondok ini lahir dan bermunculan ulama, kyai, tokoh yang luar biasa banyaknya dan besar pengaruhnya di tanah Jawa.



"Padepokan atau Pondok Tegalsari inilah cikal bakal konsep pondok pesantren yang kita kenal saat ini," jelasnya.

Baca Juga: Gagal Jadi Ketua Umum Partai Demokrat Versi KLB, Moeldoko Malah Sukses Jadi Ketua ini

"Rencana semula, kami silaturahmi di Tegalsari sampai maghrib lalu kembali ke Madiun, menginap di sebuah hotel disana. Tapi dzuriyah, keluarga keturunan, meminta untuk bermalam di Ndalem Ageng supaya bisa ngobrol lebih panjang," sambung Anies.

Ia memaparkan perjalanannya dimulai dengan ziarah ke makam Kyai Ageng Besari, lalu silaturahmi mulai maghrib, dilanjutkan dengan Tarawih di Masjid yg didirikan sekitar 1725 lalu dilanjutkan dengan ngobrol santai hingga larut malam di pendopo Ndalem Ageng.

"Dalam silaturahmi itu kami jelaskan bahwa joglo warisan itu terus dirawat & digunakan kegiatan masyarakat sekitar rumah kami di Lebak Bulus," ucapnya.

Keluarga juga mengundang Anies untuk tidurnya di Ndalem Njero, di kamar yang dulu digunakan Kyai Ageng Besari.

"Sebuah kehormatan luar biasa, karena selama ini tidak pernah digunakan untu tidur dan tidak ada yg diizinkan untuk tidur di kamar itu," katanya.

Malam itu ia tidur sendirian di Ndalem Njero hingga saat sahur. Sebuah kamar besar, yang terasa teduh, tenang dan amat nyaman.

Baca Juga: Hati-hati, Standar Samping Matic Longgar, Anda Bisa Terkapar

Bangunan tersebut kayunya amat tua hingga ada lapisan yg membuatnya jadi terkesan keabu-abuan. Dipan asli sdh tdk digunakan, potensi rapuh akibat usia yang amat panjang.

"Tuntas sudah niat silaturahmi dengan dzuriyah Kyai Ageng Besari. Sebuah kehangatan silaturahmi yang luar biasa. Dan, pengalaman bermalam di kamar itu adalah pengalaman yang menyenangkan, yang extra-ordinary," pungkasnya.***

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x