Dalam riwayat pendidikan, semenjak kecil hingga beliau mengasuh pesantren warisan ayahnya sekarang, beliau hanya mengenyam pendidikan dari 2 pesantren, yakni pesantren ayahnya sendiri di desa Narukan dan PP. Al Anwar Karangmangu.
Ketika sang ayah menawarkan kepadanya untuk mondok di Rushaifah atau Yaman, beliau lebih memilih untuk tetap di Indonesia, berkhidmat kepada almamater, Madrasah Ghozaliyah Syafi’iyyah PP. Al Anwar dan pesantrennya sendiri LP3IA.
KEPRIBADIAN
Setelah menyelesaikan pengembaraan ilmiahnya di Sarang, beliau menikah dengan seorang Neng pilihan pamannya dari keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.
Ada cerita menarik sehubungan dengan pernikahan beliau.
Diceritakan, setelah acara lamaran selesai, beliau menemui calon mertuanya dan mengutarakan sesuatu yang menjadi kenangannya hingga kini.
Baca Juga: 6 Kunci Surga dan Sebabkan Pintu Neraka Tertutup Menurut Gus Baha, Salah Satunya Mengenal Setan
Beliau mengutarakan bahwa kehidupannya bukanlah model kehidupan yang mewah, melainkan sangat sederhana, dan berusaha meyakinkan calon mertuanya untuk berpikir ulang atas rencana pernikahan tersebut dengan maksud, agar ia tidak kecewa di kemudian hari.
Calon mertuanya hanya tersenyum dan menyatakan “klop” alias sami mawon kalih kulo.
Saat berangkat ke Sidogiri untuk melangsungkan upacara akad nikah yang telah ditentukan waktunya, beliau berangkat sendiri ke Pasuruan dengan menumpang bus regular, bus biasa kelas ekonomi.