Jelang New Normal di Jabar, Berikut 10 Rancangan Protokol Kesehatan di Pondok Pesantren

- 6 Juni 2020, 07:34 WIB
WAKIL Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum memimpin video conference dengan perwakilan pengurus pondok pesantren se-Jabar jelang Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di lingkungan pesantren, dari Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat 05 Juni 2020
WAKIL Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum memimpin video conference dengan perwakilan pengurus pondok pesantren se-Jabar jelang Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di lingkungan pesantren, dari Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat 05 Juni 2020 /DOK. HUMAS PEMPROV JABAR/.*/Humas Pemprov Jabar

MANTRA SUKABUMI – Pandemi virus Corona (COVID-19) di Indonesia terus alami peningkatan kasus baru jelang penerapan normal baru (new normal).

Update data kasus positif COVID-19 terbaru di Indonesia per Jumat (5/6) kemarin mendekati angka 30.000 orang terjangkit.

Bukan tidak mungkin, angka tersebut akan terus bertambah setiap harinya.

Namun demikian, dengan langkah dan kebijakan pemerintah baik pusat maupun di daerah berdamak baik karena setidaknya penekanan penyebaran virus Corona dapat dikendalikan meski belum terbilang maksimal.

Baca Juga: 2 Bulan Tak Pulang ke Kosan, Mahasiswi ini Kaget Saat Kamarnya Dipenuhi Jamur

Oleh karnanya, jelang penerapan new normal atau adaptasi kebiasaan baru (AKB) pemerintah Provinsi Jawa Barat terus menyusun protok kesehatan untuk diterapkan di berbagai sektor.

Protokol kesehatan ini akan dibuat secara menyeluruh termasuk di lingkungan pesantren. Sebagaimana di ketahui, Jawa Barat merupakan salah satu daerah dengan jumlah pesantren yang cukup banyak.

Dalam rangka penyusunan protokol kesehatan di lingkungan pesantren, Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum memimpin video conference dengan perwakilan pengurus pondok pesantren (ponpes) se-Jabar dari Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (5/6/2020).

Baca Juga: Kabar Baik Indonesia Resmi Bentuk Tim Khusus Pengembangan Vaksin Virus Corona

Uu yang menjabat sebagai panglima santri Jabar menyampaikan rancangan 10 protokol kesehatan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar kepada 59 pimpinan ponpes, pengurus, hingga perwakilan ormas yang mengikuti pertemuan online tersebut.

Pertama, seluruh santri di lingkungan ponpes harus memakai masker. Kedua, santri selalu di cek suhu tubuhnya sehingga ketika ada santri dengan gejala COVID-19 bisa ditindaklanjuti.

Ketiga, santri harus selalu mencuci tangan setiap beraktivitas. Keempat, pengurus ponpes harus menyiapkan fasilitas cuci tangan/hand sanitizer di setiap tempat.

Baca Juga: Beredar Kabar di Media Sosial Ketetapan MPRS tahun 1966 akan dihapus, Simak Faktanya

Kelima, ponpes harus mengecek secara rutin kesehatan para ustadz/pengajar. Keenam, penghuni ponpes dianjurkan mengonsumsi vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh. Ketujuh, rutin membersihkan fasilitas ponpes dengan disinfektan.

Kedelapan, pesantren harus menyiapkan ruang isolasi proporsional, disesuaikan dengan jumlah santri, sebagai tindakan pertama jika ada kasus agar tidak menularkan ke santri lain. Kesembilan, jika ada kasus, segera hubungi layanan kesehatan. Kesepuluh, yakni mengimbau para kiai untuk selalu memimpin doa atau selawat.

"Ini rancangan bagi kami untuk membuat keputusan. Di mal, masjid, sudah ada SOP. Tapi (untuk SOP) pesantren tidak bisa gegabah, tidak bisa membuat keputusan tanpa terima masukan dari kiai atau ulama karena mereka yang paham situasi kondisi pesantrennya," ucap Kang Uu.

Baca Juga: Bayi Naga Akan Dipamerkan Slovenia yang Makan Sekali Selama Satu Dekade

"(10 poin) ini belum ditetapkan karena menunggu dan mendengar masukan dari kiai. Nanti kami rumuskan kembali dan keputusan (baru) akan disampaikan lagi kepada para kiai," tambahnya.

Dalam pertemuan online itu, beberapa pimpinan pesantren di Jabar menyampaikan bahwa tidak semua ponpes mampu memenuhi protokol kesehatan COVID-19, terutama terkait kebutuhan alat tes dan biaya.

Kang Uu menegaskan, pihaknya mencatat seluruh masukan, keluhan, dan aspirasi dari para pengurus ponpes. Dirinya pun berharap, pemerintah daerah kabupaten/kota masing-masing ikut memperhatikan kondisi ponpes. Sementara Pemda Provinsi Jabar, lanjutnya, akan mengupayakan bantuan kepada pondok pesantren.

Baca Juga: Terkait Diskriminasi Rasial, BTS Dukung Gerakan #BlackLivesMatter

"Dan permintaan dari para kiai, bupati/wali kota juga diharapkan memberikan perhatian. Beberapa pesantren menyatakan tidak sanggup melakukan semua protokol, pemerintah diharapkan membantu," ujar Kang Uu.

"Sudah saya sampaikan ke Bapak Gubernur, Insyaallah sesuai kemampuan sekalipun tidak maksimal, perhatian yang akan diberikan (Jabar) ke pesantren Insyaallah ada. Kami melaksanakan kegiatan (video conference soal SOP) ini pun bentuk perhatian, karena pondok pesantren di Jabar hampir 10 ribu," katanya.

Kepada para wali murid, Kang Uu pun mengimbau agar terus memperhatikan anak-anaknya selama di rumah agar kebiasaan selama di ponpes tidak luntur.

"Jangan dilepas (dibebaskan) begitu saja. Dan banyak (orang tua) yang sudah ingin mengantarkan anak (kembali) ke pesantren, saya mohon sabar dulu, akan ada keputusannya," tutur Kang Uu.

"Kapan (pesantren) dibuka, kami tunggu arahan pemerintah. Jawaban Wagub bikin kami lega, karena yang siap (menerapkan AKB) boleh buka," tuturnya.

Baca Juga: Saat Aksi Protes Terus Meluas di AS Terkait Rasisme dan Kebrutalan Polisi, AS Malah Kecam Beijing

Artikel ini telah tayang sebelumnya di laman prfmnews.pikiranrakyat.com dengan judul "Ada 10 Protokol Kesehatan dalam Rancangan Protokol Kesehatan di Ponpes."

Selain itu, sosok asal Nahdlatul Ulama ini pun mengusulkan agar santri melakukan isolasi mandiri selama 14 hari sebelum kembali ke pesantren. Terkait aturan new normal dari Kementerian Agama untuk dilakukan rapid test atau PCR bagi santri yang baru kembali, K.H. Syukron Ma'mun berharap ada bantuan dari pemerintah.

Selain dari K.H. Syukron Ma'mun, masukan lain turut diberikan Pondok Pesantren An-Nasuha Kabupaten Cirebon K.H. Usamah Mansyur. Setelah isolasi mandiri, menurutnya transportasi santri harus ikut diperhatikan.

"Selama di perjalanan, naik kendaraan umum, berinteraksi, apakah (santri) dijamin sehat? Maka di ponpes harus diukur (suhu tubuh) ulang dan menjalani lagi protokol. Dan banyak juga pesantren yang tidak mampu memenuhi (kebutuhan protokol kesehatan), jadi kehadiran (bantuan) pemerintah sangat ditunggu," kata K.H. Usamah Mansyur.

Baca Juga: Tekan Penyebaran COVID-19, 120 Warga Gunung Puyuh Ikuti Rapid Test

Adapun menurut Pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya K.H. Abdul Aziz Affandi, Pemda Provinsi Jabar harus segera bergerak terutama dalam memberikan bantuan kepada ponpes di Jabar.

"Suara (kesulitan) pesantren sejak bulan Ramadan sudah terdengar. Kita semua tentu berharap agar ada anggaran (bantuan untuk pesantren) dari Pemprov," ucapnya.

Dalam video conference tersebut, sejumlah pimpinan pesantren lain yang hadir antara lain dari ponpes di Depok, Bogor, Sukabumi, Purwakarta, hingga Subang. Dengan adanya diskusi atau pertemuan ini, para pimpinan dan pengurus ponpes se-Jabar berharap protokol kesehatan jelang AKB di lingkungan pesantren Jabar bisa menjadi acuan new normal pesantren di Indonesia.**(Rifki Abdul Fahmi/PRFMNews).

Editor: Encep Faiz

Sumber: PRFM News


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x