Sekali Tampil Dibayar Rp50 Ribu, Faktor Ekonomi Jadi Alasan Korban Perankan Video Asusila

- 11 Agustus 2020, 16:00 WIB
ILUSTRASI video pornografi.
ILUSTRASI video pornografi. /*/Pixabay

MANTRA AUKABUMI - Kasus asusila yang melibatkan anak di bawah umur akhirnya terungkap. Pihak kepolisian pun telah menagkap para pelaku.

Korban yang masih di bawah umur mengaku hal tersebut dilakukan karena faktor ekonomi, dan juga kurangnya perhatian dari orang tua.

Karena pada dasaranya peran dan perhatian orang tua sangatlah penting, apalagi disaat sang anak memasuki usia remaja, hal itu sangat di butuhkan agar tidak terjebak dalam pergaulan yang tidak baik.

Baca Juga: Penyebar Video Asusila Anak di Bawah Umur, Polisi Sebut Tersangka Raup Keuntungan Hingga Rp4 Juta

Baca Juga: Tumpahan Bahan Bakar Minyak di Mauritius Membahayakan Ekologi, Greenpeace: Berisiko bagi Ekonomi

Mengigingat saat ini tekhnologi semakin canggih dan berkembang, maka orang tua harus lebih waspada untuk mengawasi anak-anaknya.

Jangan sampai anak terjerumus dalam dunia tidak sehat, seperti halnya dalam kasus ini anak menjadi korban karena kurangnya perhatian dan pengawsan orang tua.

Dilansir Mantrsaukabumi.com dari Antaranews.com pada Selasa, 11 Agustus 2020, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Putu Elvina, di Markas Polres Metro Jakarta Barat, menyebut pemeran video porno anak yang ditemukan bersama tersangka DW dan RS mengaku butuh uang.

Gadis berusia 14 tahun itu awalnya membuat video asusila dengan iming-iming imbalan uang sekali tampil sebesar Rp50.000, lantaran kedekatan korban dengan salah satu admin grup asusila.

Baca Juga: Resmi, Ini Nama-nama 75 Pasangan yang Diusung PDI Perjuangan Pada Pilkada 2020

Baca Juga: Pemerintah Kembali Umumkan Akan Hapus 13 Lembaga Negara

"Diawali dengan berkenalan dengan seorang, yang kemudian anak menjadi terbiasa, dan dalam hal ini dia butuh uang," kata Putu di Jakarta.

Gadis tersebut kemudian dimasukkan kedalam akun grup konten berbayar, dimana dia berani melakukan pertunjukkan secara siaran langsung.

Elvina mengatakan anak tersebut mengaku nyaman dan percaya dengan keberadaannya di dalam grup tersebut, karena merasa haus perhatian, sehingga terjebak untuk menjadi pemeran video asusila.

Dia menilai, selama masa pandemi ini kuantitas anak berinteraksi dengan gadget mengalami kenaikan. Sehingga, kasus ITE, dengan konten muatan pornografi pada anak semakin merajalela.

Baca Juga: Awan Raksasa Gegerkan Warga Aceh, BMKG: Jangan Panik, Tetap Waspada

Baca Juga: Viral Awan Aneh di Aceh, Berikut Daftar Penampakan Awan di Belahan Dunia

"Saya tanya apakah tidak takut? Tidak khawatir? Dan lain sebagainya, anak itu mengatakan tidak tahu. Artinya, edukasi terkait literasi digital, kemudian masalah pornografi, grooming, itu anak minim sekali pengetahuannya," ujar Elvina.

Elvina menilai orang tua anak tersebut perlu untuk memperbaiki komunikasi. Sebab, orang tua gadis tersebut belum menjadi pendengar yang baik.

"Itu menjadi peluang bagi orang-orang yang memanfaatkan anak untuk 'grooming' secara seksual ini. Bermula dari situ si anak terjebak dalam grup," ujar dia.

Saat ini gadis tersebut sudah dalam perlindungan KPAI. Serta, orang tua sang anak telah mendapatkan edukasi perihal kasus anaknya.

Elvina mengatakan gadis itu telah kapok untuk bermain ponsel untuk tindakan asusila, dan berniat untuk bertobat dan akan masuk pondok pesantren.**

Editor: Encep Faiz

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x