"Tidak hanya mengajarkan, beliau merupakan wujud nyata dari perpaduan idealisme dan integritas. Cara beliau membesarkan Kompas bersama sahabatnya, PK Ojong, merupakan cerminan semangat gotong royong," bebernya.
Bamsoet juga menambahkan, ia banyak mendengar dari para wartawan Kompas bahwa Jakob tidak memperlakukan wartawan maupun karyawannya sebagai pekerja, melainkan sebagai aset berharga yang dirawat, dijaga, dan dikembangkan.
"Hingga menempatkan wartawan Kompas sebagai wartawan yang paling sejahtera," lanjutnya.
Baca Juga: AS Bersiap-siap Blokir Pesanan Kapas dan Tomat Impor dari Xinjiang China atas Tuduhan Kerja Paksa
Bamsoet pun meyakini, walaupun Jakob sudah tidak ada lagi namun semangatnya akan tetap menemani.
"Sosok Jakob Oetama juga termasuk pejuang demokrasi, simbol perlawanan terhadap otoritarianisme. Pada 2-5 Oktober 1965, serta 21 Januari 1978, Kompas pernah dilarang terbit, namun Jakob Oetama tidak bergeming," pungkasnya.**