Belajar dari Wuhan China, Happy Hypoxia pada Covid-19 Sudah Lama Terjadi dan Pahami Gejalanya

- 26 September 2020, 15:10 WIB
Ilustrasi corona. */NET
Ilustrasi corona. */NET /

"Kalau ada pasien-pasien Covid-19 yang diisolasi mandiri dengan gejala, semakin lemah misalnya tetapi tidak sesak, tetapi gejalanya semakin lemah, barangkali bisa juga dilihat bibir atau jari-jarinya kebiruan segera dibawa ke rumah sakit, karena di rumah sakit akan diberikan terapi oksigen," jelas dr Erlina.

Namun, untuk kasus secara umum yang terjadi di Indonesia terkait dengan happy hypoxia, dr Agus menjelaskan belum mendapat laporan terkait hal tersebut. Hal yang pasti, perlu adanya kewaspadaan dan kehati-hatian akan gejala happy hypoxia pada pasien Covid-19.

Baca Juga: Kementerian Luar Negeri China Bantah Klaim Lembaga Pemikir tentang Penghancuran Masjid Xinjiang

Tidak semua kasus happy hypoxia adalah Covid-19. "Jadi kalau orang normal, yang tidak kena Covid, kalau terjadi hipoksemia, itu otak akan memberikan respons, 'Kamu kurang oksigen, harus merespons dengan mempercepat napas untuk memasukkan oksigen lebih tinggi terus kamu harus merasa sesak napas' ada sistem seperti itu yang berjalan, tetapi pada Covid itu tidak berfungsi."

Untuk mencegah hipoksemia yang tanpa gejala sesak napas berlanjut menjadi hipoksia atau kurangnya oksigen pada jaringan tubuh dan berisiko mematikan, pasien positif Covid-19 disarankan untuk tetap melakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait kondisinya serta untuk mengetahui derajat dari penyakit yang ia alami. Hal ini juga agar penanganan yang tepat bisa segera dilakukan.**

Halaman:

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah