Network
MANTRA SUKABUMI - Koalisi Aksi Penyelamatan Indonesia (KAMI) akan melakukan sejumlah rangkaian acara salah satunya nobar film bersejarah G30S/PKI di Rengasdengklok, Karawang.
Sebelumnya, KAMI sempat mengalami penolakan untuk melakukan gelaran deklarasi dibeberapa daerah, dengan alasan remeh terkait perizinan dan saat ini masih dalam masa pandemi Covid-19.
Meskipun begitu, tidak membuat KAMI menyerah dan akan tetap melaksanakan gelaran deklarasi. Hal ini diperjelas oleh Komite Eksekutif dari KAMI sendiri.
Baca Juga: Merchant Baru ShopeePay Minggu ini Penuh dengan Fesyen dan Makanan Lezat
Baca Juga: Polisi Amankan Barang Bukti: Perbuatan Vandalisme Mushola yang Sangat Tidak Terpuji
Komite Eksekutif KAMI, Syahganda Nainggolan mengaku, kali ini acara akan digelar deklarasi di Tugu Proklamasi Rengasdengklok, sekaligus nonton bareng alias nobar film G30S/PKI.
"Jalan terus," kata Syahganda seperti dikutip mantrasukabumi.com dari RRI pada Rabu, 30 September 2020.
Sementara itu, Deklarator KAMI Andrianto mengaku, Presidium KAMI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo direncanakan akan ikut menghadiri dalam acara tersebut.
Baca Juga: Tak Banyak Orang Tahu Buah Murbei, Ternyata Buah Murbei Sangat Bermanfaat Bagi Kesehatan
Baca Juga: Fahri Hamzah Sebut Fadli Zon Miliki Sejarah PKI Lengkap, Akahkah Dibocorkan?
"Pak Gatot diundang dan akan hadir serta akan berpidato di situ," tandasnya Andrianto yang juga anggota Divisi Penggalangan KAMI Pusat.
Diketahui, fillm G30S/PKI diproduksi oleh Perum Produksi Film Nasional (PPFN). Produsernya adalah Direktur PPFN Brigjen Gufran Dwipayana (Dipo), sekaligus anggota staf Presiden Soeharto.
Dipo memberikan 'sekapur sirih' untuk versi novel saduran Pengkhianatan G30S/PKI karya Arswendo Atmowiloto. Dia menjelaskan tujuan film ini adalah mendidik generasi muda supaya menjauhi komunisme.
Baca Juga: Ratu Youtuber, BLACKPINK Jadi Subscriber Terbanyak Kedua Didunia
Baca Juga: 2 Kriteria Sebabkan 1,4 Juta Peserta BLT BPJS Ketenagakerjaan Gagal Cair, Begini Cara Mengadunya
"Agar generasi muda tidak mudah terjerat dalam lingkup paham komunis," demikian kata Dipo, seperti dikutip mantrasukabumi.com dari buku Sastra dan Politik Representasi Tragedi 1965 dalam Negara Orde Baru, karya Yoseph Yapi Taum.**
