Tolak Perdamaian, Armenia dan Azerbaijan Lanjutkan Pertempuran

- 1 Oktober 2020, 10:20 WIB
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.* /Reuters/
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.* /Reuters/ /

MANTRA SUKABUMI - Armenia dan Azerbaijan menyatakan akan melanjutkan pertempuran dan menolak seruan internasional untuk bernegosiasi pada Rabu, 30 September 2020.

Saat itu bentrokan berkecamuk atas wilayah sengketa Nagorno-Karabakh yang telah memasuki hari keempat.

Di ibu kota provinsi yang memisahkan diri Stepanakert, terdengar dua ledakan sekitar tengah malam saat sirene dibunyikan.

Baca Juga: Merchant Baru ShopeePay Minggu ini Penuh dengan Fesyen dan Makanan Lezat

Baca Juga: Kuota Gratis dari Indosat Ooredoo Tiap Hari, Simak Berikut Tips untuk Dapatkan Kuota Gratis

Berdasarkan penduduk setempat, kota Stepanakert tersebut telah diserang menggunakan drone yang melayang diatas permukaan kota tersebut.

Jalan-jalan di kota tersebut menjadi gelap karena penerangan umum dimatikan, meskipun beberapa toko dibuka saat itu.

Menurut pihak berwenang, kota tersebut diserang ketika kekerasan baru meletus pada Minggu 27 september 2020.

Moskow mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin dan mitranya dari Prancis Emmanuel Macron telah menyerukan penghentian "total" pertempuran di Karabakh dan mengatakan mereka siap untuk meningkatkan upaya diplomatik untuk membantu menyelesaikan konflik.

Baca Juga: Manfaat Daun Sambiloto yang Jarang Diketahui Orang, Salah Satunya Mencegah Diabetes

"Vladimir Putin dan Emmanuel Macron meminta pihak yang bertikai untuk menghentikan tembakan sepenuhnya dan secepat mungkin, mengurangi ketegangan dan menunjukkan pengendalian maksimum," kata Kremlin, seperti dikutip mantrasukabumi.com dari France24 pada Kamis, 1 Oktober 2020.

Melalui sambungan telepon, kedua pemimpin menyatakan "kesiapan" untuk melihat pernyataan yang dibuat atas nama ketua bersama Kelompok Minsk - Rusia, Prancis dan AS - yang akan menyerukan diakhirinya pertempuran "segera" dan awal pembicaraan, tambahnya.

Pasukan Armenia dan Azerbaijan terlibat pertempuran terberat selama bertahun-tahun di Karabakh, provinsi etnis Armenia yang memisahkan diri dari Azerbaijan pada 1990-an ketika Uni Soviet runtuh.

Korban tewas yang terkonfirmasi telah melampaui 100 orang termasuk warga sipil pada Rabu kemarin, dengan kedua belah pihak mengklaim telah menimbulkan kerugian besar di sisi lain.

Baca Juga: Tanaman Saga Memang Jarang Diketahui, Ternyata Tanaman Ini Mengandung Berbagai Manfaat Kesehatan

Baku dan Yerevan mengabaikan tekanan internasional yang memuncak untuk melakukan gencatan senjata, yang memicu kekhawatiran konflik dapat meningkat menjadi perang besar dan menarik kekuatan regional seperti Turki dan Rusia.

"Kami perlu mempersiapkan perang jangka panjang," kata pemimpin separatis Karabakh Arayik Harutyunyan,

Moskow, yang memiliki pakta militer dengan Armenia tetapi juga memiliki hubungan baik dengan Azerbaijan, berulang kali menyerukan diakhirinya pertempuran dan pada Rabu (30/9/2020), menawarkan untuk menjadi tuan rumah dengan bernegosiasi.**

Editor: Emis Suhendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x