Kerusuhan Pasca Kudeta Paling Berdarah di Myanmar, Menlu AS Antony Blinken: Kekerasan Menjijikkan

- 1 Maret 2021, 15:07 WIB
Menlu AS, Antony Blinken
Menlu AS, Antony Blinken /Reuters/CARLOS BARRIA/REUTERS

Karena tidak terlihat di depan umum sejak penahanannya, Aung San Suu Kyi memiliki sidang pengadilan yang dijadwalkan pada hari Senin.

Baca Juga: Unjuk Rasa Kudeta di Myanmar, Demonstran Sebut Tidak Akan Pernah Memaafkan Sang Diktator Min Aung Hlaing

Dia telah dituduh mengimpor enam radio walkie-talkie secara ilegal dan melanggar undang-undang bencana alam dengan melanggar protokol COVID-19.

Kudeta, yang menghentikan langkah tentatif menuju demokrasi setelah hampir 50 tahun pemerintahan militer, telah menarik ratusan ribu demonstran ke jalan dan kecaman dari negara-negara Barat.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengutuk apa yang disebutnya "kekerasan menjijikkan" oleh pasukan keamanan.

Sementara menteri luar negeri Kanada, Marc Garneau, mengatakan penggunaan kekuatan mematikan oleh militer terhadap rakyatnya sendiri "mengerikan". Keduanya menyerukan tanggapan bersatu.

Tom Andrews, pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Myanmar mengatakan jelas serangan junta akan terus berlanjut sehingga masyarakat internasional harus meningkatkan tanggapannya.

Baca Juga: Dipercaya Dapat Terhindar dari Hewan Berbisa, Coba Amalkan Doa Berikut Ini

Dia mengusulkan embargo senjata global, lebih banyak sanksi dari lebih banyak negara terhadap mereka yang berada di balik kudeta, sanksi terhadap bisnis militer dan rujukan Dewan Keamanan PBB ke Pengadilan Kriminal Internasional.

"Kata-kata kutukan diterima tetapi tidak cukup. Kita harus bertindak," kata Andrews dalam sebuah pernyataan.

Halaman:

Editor: Ridho Nur Hidayatulloh

Sumber: CNA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah