Dianggap Lebih Radikal dan Ekstrimis, Warga Palestina Waswas Naftali Bennett Bisa Bawa Perubahan

- 3 Juni 2021, 20:07 WIB
Dianggap Lebih Radikal dan Ekstrimis, Warga Palestina Waswas Naftali Bennett Bisa Bawa Perubahan
Dianggap Lebih Radikal dan Ekstrimis, Warga Palestina Waswas Naftali Bennett Bisa Bawa Perubahan /Sumber: Reuters/

MANTRA SUKABUMI - Dua politisi senior Palestina mengaku skeptis jika Naftali Bennett berhasil menjadi PM Israel menggantikan Benjamin Netanyahu.

Keduanya ragu-ragu, jika Naftali Bennett bisa mengubah realitas warga Palestina ke jalan yang lebih baik.

Pasalnya, tak hanya warga Palestina, banyak juga yang menganggap jika Naftali Bennett lebih radikal dan ekstrimis dibandingkan dengan Benjamin Netanyahu.

Baca Juga: Akhirnya, Akui Kelaparan di Hutan Papua, Panglima OPM Menyerah

Pada Senin, 31 Mei 2021 lalu, beberapa anggota kunci oposisi PM Benjamin Netanyahu mengumumkan komitmen mereka untuk membentuk pemerintahan baru.

Dikutip mantrasukabumi.com dari Times of Israel, pemerintahan tersebut akan dibangun tanpa melibatkan Benjamin Netanyahu.

Banyak orang Palestina tidak menyukai Benjamin Netanyahu, semasa menjabat sebagai PM Israel selama 12 tahun.

Hal tersebut muncul karena Benjamin Netanyahu, selalu membuat warga Palestina berjuang mencapai titik nadir mereka.

Namun disisi lain, banyak yang menganggap sosok paling berpotensi menggantikan Benjamin Netanyahu, yakni Naftali Bennett tidak jauh berbeda.

Bahkan, Naftali Bennett dipandang secara luas lebih tidak mungkin membukakan pintu untuk konsesi apa pun dengan Palestina.

Baca Juga: Polemik Pertanyaan TWK Pilih Al-Quran atau Pancasila, Begini Jawaban Para Anggota DPR

Mantan anggota Komite Sentral Fatah dan kritikus terkemuka Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, Nasser al-Kidwa memberi penjelasan.

Salah satu politikus senior Palestina tersebut mengatakan, ada kemungkinan jika Naftali Bennett lebih ekstremis atau radikal dibanding PM Israel sekarang.

"Pada tingkat individu, tidak ada perbedaan besar di antara mereka. Mungkin Bennett akan sedikit lebih ekstremis atau radikal," katanya.

Di bawah perjanjian yang diusulkan, Naftali Bennett akan mengambil giliran pertama sebagai PM dalam perjanjian rotasi dengan kepala Partai Yesh Atid, Yair Lapid.

Partai Yair Lapid merupakan partai terbesar di blok partai, yang berusaha menggulingkan pemerintahan Benjamin Netanyahu.

Namun, hingga saat ini diketahui jika Naftali Bennett dan Yair Lapid belum mencapai kesepakatan akhir.

"Masih banyak kendala dalam pembentukan pemerintahan baru," kata Yair Lapid kepada media setempat.

Baca Juga: China Marah, AS Ungkap Investasi Kerja Paksa Buruh Indonesia di Kapal China, Netizen: Negara Sendiri Bungkam

Politisi senior Palestina yang lain, Mustafa Barghouti mengatakan bahwa satu-satunya titik terang adalah kasus korupsi Benjamin Netanyahu dapat berlanjut.

Seperti diketahui, Benjamin Netanyahu kini sedang menghadapi pengadilan atas dugaan kasus penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan.

"Satu-satunya masalah positif adalah jika Benjamin Netanyahu pergi dan diadili," tutur Mustafa Barghouti.

Mustafa Barghouti melanjutkan, warga Palestina waswas jika Naftali Bennett tidak membawa perubahan yang diinginkan.

"Tetapi pemerintah dengan Naftali Bennett sebagai pusatnya mengkhawatirkan kami, ini tidak akan menjadi pemerintah yang mampu membuat perdamaian," pungkasnya.***

Editor: Emis Suhendi

Sumber: Times of Israel


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x