Perpecahan di Thailand Meluas, Kritik Status Monarki hingga Hukum Keras Kerajaan

- 13 November 2020, 10:25 WIB
Royalis Thailand Thitiwat Tanagaroon, yang dipuji Raja Maha Vajiralongkorn dan Ratu Suthida karena memegang potret kerajaan pada protes anti-pemerintah, menunjukkan tato lengannya yang bertuliskan 'Sangat berani, sangat baik, terima kasih'. Foto: Reuters
Royalis Thailand Thitiwat Tanagaroon, yang dipuji Raja Maha Vajiralongkorn dan Ratu Suthida karena memegang potret kerajaan pada protes anti-pemerintah, menunjukkan tato lengannya yang bertuliskan 'Sangat berani, sangat baik, terima kasih'. Foto: Reuters /


MANTRA SUKABUMI - Beberapa bulan yang lalu, mengkritik Thailand Monarki itu tabu dan hanya sedikit yang berani dengan berani menghina hukum yang keras dari kerajaan.

Namun ada seseorang yang membela dengan mengekpresikan diri dengan kata-kata yang diucapkan raja Thailand kepada Thitiwat Tanagaroon telah ditato di lengannya: “sangat berani, sangat bagus, terima kasih".

Manajer restoran berusia 50 tahun itu tidak pernah membayangkan akan mendapat pujian dari Raja Maha Vajiralongkorn ketika dia mengacungkan potret kerajaan pada protes anti-pemerintah bulan lalu. Dia juga tidak mengharapkan serangan online dan panggilan agar dia dipecat dari pekerjaannya.

Baca Juga: Kampanye ShopeePay Deals Rp1 Lebih Meriah di 11 November

“Ada banyak orang yang masih mencintai monarki dan menyembah monarki tetapi mereka tidak keluar, Siapa pun yang keluar akan dilecehkan” katanya, seperti dikutip mantrasukabumi.com dari SCMP.

Sekarang, mempertahankan monarki juga dapat menuai kritik perubahan monumental di kerajaan di mana institusi tersebut telah dipromosikan selama beberapa dekade dan harus dihormati sesuai dengan konstitusi.

Istana tidak menanggapi permintaan komentar tentang perubahan sikap sejak protes dimulai pada Juli.

“Generasi dan pemuda baru, mereka tidak menyukainya,” pemimpin protes, Tattep Ruangprapaikitseree, 23, mengatakan tentang penghormatan generasi Thailand yang telah ditunjukkan kepada monarki.

"Mereka melihat bahwa mereka manusia, raja adalah manusia, bukan dewa."

Seperti banyak orang Thailand seusianya, Thitiwat tumbuh dengan menonton berita malam kerajaan di televisi. Dia melihat orang-orang berlutut saat mobil kerajaan lewat di jalanan yang dipenuhi dengan potret kerajaan. Monarki adalah satu-satunya hal yang selalu dia yakini, katanya.

Halaman:

Editor: Emis Suhendi

Sumber: SCMP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x