Perpecahan di Thailand Meluas, Kritik Status Monarki hingga Hukum Keras Kerajaan

- 13 November 2020, 10:25 WIB
Royalis Thailand Thitiwat Tanagaroon, yang dipuji Raja Maha Vajiralongkorn dan Ratu Suthida karena memegang potret kerajaan pada protes anti-pemerintah, menunjukkan tato lengannya yang bertuliskan 'Sangat berani, sangat baik, terima kasih'. Foto: Reuters
Royalis Thailand Thitiwat Tanagaroon, yang dipuji Raja Maha Vajiralongkorn dan Ratu Suthida karena memegang potret kerajaan pada protes anti-pemerintah, menunjukkan tato lengannya yang bertuliskan 'Sangat berani, sangat baik, terima kasih'. Foto: Reuters /

“Itu adalah cinta yang sama yang saya miliki untuk ayah dan ibu saya,” katanya. Bagi saya, monarki adalah tuhan.

Baca Juga: Dokter Keturunan India-Amerika Ditunjuk Tim Covid-19 oleh Joe Biden, Tapi Dikecam karena Nama Kasta

Satu dekade yang lalu, dia sendiri bergabung dengan protes jalanan dengan memakai “kemeja kuning” royalis dengan tujuan untuk menjatuhkan pemerintahan populis yang terpilih.

Dia termasuk di antara ribuan orang yang berdoa dan tidur di luar rumah sakit saat itu
Raja Bhumibol Adulyadej jatuh sakit pada 2016. Dan ketika Raja Bhumibol meninggal setelah tujuh dekade pemerintahan, Thitiwat seperti seluruh Thailand lainnya yang berpakaian hitam selama setahun.

Tapi Thailand telah berubah secara dramatis sejak protes yang dimulai pada bulan Juli terhadap Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mantan panglima militer.

Demonstrasi anti-kemapanan telah berkembang menjadi tuntutan untuk mengekang kekuasaan monarki, yang dituduh para kritikus bersekongkol dengan dominasi militer, mengambil otoritas yang berlebihan, pengeluaran yang berlebihan dan memungkinkan tindakan keras terhadap para kritikus.

Para pengunjuk rasa telah menekankan bahwa mereka berusaha mereformasi monarki bukan menghapusnya, meskipun kaum royalis tidak mempercayai mereka.

Bagi Thitiwat, semua tuduhan terhadap raja adalah kebohongan dan monarki berdiri di atas politik.

Kemarahannya memuncak ketika nyanyian di jalan berubah dari umpatan vulgar yang dilontarkan ke Prayuth menjadi makian raja dan dia marah pada kritik yang sekarang meluas terhadap keluarga kerajaan di media sosial.

“Itu membuatku ingin muntah,” kata Thitiwat.

Halaman:

Editor: Emis Suhendi

Sumber: SCMP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah